Friday, May 29, 2009

PEDOMAN PRAKTIS MEMANTAU STATUS GIZI ORANG DEWASA

PEDOMAN PRAKTIS UNTUK MEMPERTAHANKAN BERAT BADAN NORMAL BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN GIZI SEIMBANG

(Suatu Cara Memantau Status Gizi Orang Dewasa
Melalui Penimbangan Berat Badan Secara Berkala )


PENTINGNYA MEMANTAU BERAT BADAN

Pembangunan Sumber Daya manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk usia kerja agar benar-benar memperoleh kesempatan serta turut berperan dan memiliki kemampuan untuk mewujudkan hal tersebut adalah pembangunan di bidang kesehatan dan gizi.

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) merupakan masa penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktifitas kerjanya. Oleh karena itu pemantauan keadaan tersebut perlu dilakukan oleh setiap orang secara berkesinambungan.

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang lebih panjang.

Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan penerapan hidangan sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang sehat.

Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan.

IMT SEBAGAI ALAT PEMANTAU BERAT BADAN

Dengan IMT akan diketahui apakah berat badan seseorang dinyatakan normal, kurus atau gemuk. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:

Berat Badan (Kg)
IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)

Batas ambang IMT ditentukan dengan merujuk ketentuan FAO/WHO, yang membedakan batas ambang untuk laki-laki dan perempuan. Disebutkan bahwa batas ambang normal untuk laki-laki adalah: 20,1–25,0; dan untuk perempuan adalah : 18,7-23,8. Untuk kepentingan pemantauan dan tingkat defesiensi kalori ataupun tingkat kegemukan, lebih lanjut FAO/WHO menyarankan menggunakan satu batas ambang antara laki-laki dan perempuan. Ketentuan yang digunakan adalah menggunakan ambang batas laki-laki untuk kategori kurus tingkat berat dan menggunakan ambang batas pada perempuan untuk kategorigemuk tingkat berat. Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi berdasarkan pengalam klinis dan hasil penelitian dibeberapa negara berkembang. Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai berikut:

Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0


Jika seseorang termasuk kategori :
1. IMT < 17,0: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat berat atau Kurang Energi Kronis (KEK) berat.
2. IMT 17,0 – 18,4: keadaan orang tersebut disebut kurus dengan kekurangan berat badan tingkat ringan atau KEK ringan.

Contoh cara menghitung IMT:

Eko dengan tinggi badan 148 cm, mempunyai berat badan 38 kg.

38
-------------------- = 17,3
(1,48 X 1,48) m

Status gizi Eko adalah kurus tingkat ringan. Eko dianjurkan menaikkan berat badan sampai menjadi normal antara 41- 54 kg dengan IMT 18,5 – 25,0.



PERHATIAN !
Seseorang yang termasuk kategori kekurangan berat badan tingkat ringan (KEK ringan) sudah perlu mendapat perhatian untuk segera menaikkan berat badan.

3. IMT 18,5 – 25,0 : keadaan orang tersebut termasuk kategori normal.
4. IMT 25,1 – 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat ringan.
5. IMT > 27,0 : keadaan orang tersebut disebut gemuk dengan kelebihan berat badan tingkat berat

Contoh cara menghitung :

Opong dengan tinggi badan 159 cm, mempunyai berat badan 70 kg. Maka IMT Opong adalah :

70 70
-------------------- = -------- = 27,7
(1,59 X 1,59) m 2,53

Berarti status gizi Opong adalah gemuk tingkat berat, dan Opong dianjurkan menurunkan berat badannya sampai menjadi 47- 63 kg agar mencapai berat badan normal (dengan IMT 18,5 – 25,0).

PERHATIAN !
Seseorang dengan IMT > 25,0 harus berhati-hati agar berat badan tidak naik. Dianjurkan untuk menurnkan berat badannya sampai dalam batas normal.



BADAN ANDA KURUS ?

Penyebab
Karena konsumsi energi lebih rendah dari kebutuhan yang mengakibatkan sebagian cadangan energi tubuh dalam bentuk lemak akan digunakan.

Kerugian
1. Penampilan cenderung kurang menarik
2. Mudah letih
3. Resiko sakit tinggi, beberapa resiko sakit yang dihadapi antara lain : penyakit infeksi, depresi, anemia dan diare.
4. Wanita kurus kalau hamil mempunyai resiko tinggi melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.
5. Kurang mampu bekerja keras.



Cara Menaikkan Berat Badan
1. Makanlah secara teratur 3 kali sehari dengan gizi seimbang
2. Makanlah lebih banyak makanan sumber energi dan protein dari biasanya seperti roti, nasi, umbi-umbian, ikan, daging, tempe, tahu.
3. Tetap berolahraga secara teratur
4. Cukup istirahat


Perlu diketahui
Seseorang yang termasuk dalam kategori kurus dapat disebabkan oleh penyakit tertentu. Oleh kaena itu dianjurkan ntuk memeriksakan kesehatannya pada tenaga medis.

Tips
Agar dapat memantau IMT dengan baik, timbanglah berat badan anda secara teratur.

BERAT BADAN ANDA NORMAL ?

Bisa diwujudkan dengan mengkonsumsi energi sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh, sehingga tidak terjadi penimbunan energi dalam bentuk lemak, maupun penggunaan lemak sebagai sumber energi.

Keuntungan

1. Penampilan baik.
2. Lincah
3. Resiko penyakit rendah.

Cara Mempertahankan Berat Badan Normal
1. Pertahankan kebiasaan makan sehari-hari dengan susunan menu gizi seimbang.
2. Pertahankan kebiasaan olah raga yang teratur dan tetap melakukan
3. Kebiasaan fisik sehari-hari


ANDA KELEBIHAN BERAT BADAN ?

Penyebab

Kelebihan berat badan terjadi bila makanan yang dikonsumsi mengandung energi melebih kebutuhan tubuh. Kelebihan energi tersebut akan disimpan tubuh sebagai cadangan dalam bentuk lemak sehingga mengakibatkan seseorang menjadi lebih gemuk.


Kerugian

1. Penampilan kurang menarik
2. Gerakan tidak gesit dan lambat
3. Merupakan faktor resiko penyakit:
• Jantung dan pembuluh darah
• Kencing manis (diabetes mellitus)
• Tekanan darah tinggi
• Gangguan sendi dan tulang
• Gangguan ginjal
• Gangguan kandungan empedu
• Kanker
• Pada wanita dapat mengakibatkan gangguan haid (haid tidak teratur, perdarahan yang tidak teratur), factor penyulit pada persalinan.

Cara Menurunkan Berat Badan Yang Dianjurkan

1. Diet
• Makan teratur (2 atau 3 kali sehari) dengan gizi seimbang.
• Kurangi jumlah makanan terutama sumber energi
• Kurangi makanan yang berminyak, berlemak atau bersantan karena memberikan energi yang tinggi.
• Kurangi konsumsi gula dan makanan yang manis, karena makanan tersebut juga menghasilkan energi yang tinggi.
• Makan banyak sayuran dan buah-buahan karena makan tersebut banyak mengandung serat.
• Hindari minuman beralkohol karena merupakan sumber kalori dan berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan.

2. Olah raga dan kegiatan fisik
• Olahraga secara teratur selama ½ - 1 jam minimal 3 kali seminggu.
• Pilihlah olah raga yang sesuai dengan usia dan kondisi kesehatan.
• Tingkatkan kegiatan fisik sesuai yang dilakukan sehari-hari.

Cara Menurunkan Berat Badan Yang Tidak Dianjurkan

• Mengurangi jumlah konsumsi makanan sehari –hari secara drastis sehingga mengakibatkan pusing, lemas, keringat dingin atau gejala lainnya yang membahayakan kesehatan.
• Menurunkan berat badan secara cepat, lebih dari 2 kg perbulan.
• Mengandalkan makanan formula saja untuk menurunkan berat badan.
• Menggunakan obat-obatan atau bahan penurun berat badan tanpa pengawasan tenaga medis. Beberapa obat dan bahan tersebut hanya menurunkan berat badan sementara dengan mengeluarkan cairan tubuh.

MENGENAL GIZI SEIMBANG

Gizi seimbang adalah susunan hidangan sehari yang mengandung zat gizi dalam jumlah dan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk dapat hidup sehat secara optimal.

Zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk hidup sehat adalah: karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Didalam tubuh, zat-zat gizi tersebut berfungsi sebagi sumber energi atau tenaga (terutama karbohidrat dan lemak), sumber zat pembangun (protein), terutama untuk tetap tumbuh dan berkembang serta untuk mengganti sel-sel yang rusak, sumber zat pengatur (vitamin dan mineral)

Makanan yang dikonsumsi sehari-hari harus mengandung semua zat gizi tersebut. Makanan sumber energi terutama adalah: nasi, jagung, sagu, ubi, roti, dan hasil olahannnya. Makanan sumber zat pembangun misalnya: ikan, telur, daging, tahu, tempe, dan kacang-kacangan, dan makanan sumber zat pengatur terutama sayur-sayuran dan buah-buahan.

Tips Hidup Sehat

• Kalau anda kurus, makanlah secara teratur dengan gizi seimbang dan lebih banyak dari biasanya.
• Kalau anda gemuk, makanlah secara teratur dengan gizi seimbang dan jumlahnya kurang dari biasanya.
• Jika anda kurus atau kegemukan, konsultasikan kepada dokter atau ahli gizi untuk mengatur gizi seimbang.


MENGETAHUI KEBUTUHAN ENERGI SESEORANG

Agar manusia dapat tetap hidup dan bekerja seperti biasanya maka memerlukan energi yang biasa diukur dengan satuan kalori. Meskipun kita tidur dan tidak bekerja, energi tetap dibutuhkan untuk denyut jantung dan fungsi tubuh lainnya. Energi dapat diibaratkan sebagai bensin yang diperlukan oleh kenderaan agar dapat tetap berjalan.

Jumlah kebutuhan energi seseorang pada dasarnya berbeda tergantung pada umur, jenis kelamin, berat badan, dan aktifitas seseorang. Sebagai contoh, seseorang laki-laki dewasa (20 – 59 tahun) dengan barat badan 62 kg, tinggi 165 cm dan aktifitas sedang membutuhkan energi kurang lebih 3000 kilo kalori, sedangkan bila wanita dewasa berat 54 kg tinggi 156 cm dengan aktifitas sedang membutuhkan 2250 kilo kalori. Apabila orang yang sama dengan aktifitas lebih berat, maka kebutuhan bagi laki-laki sebesar 3600 kilo kalori dan wanita 2600 kilo kalori.




Contoh Menu Dengan Energi 2500 kilo kalori, 2000 kilo kalori dan 1700 kilo kalori


Waktu
Jenis Hidangan Ukuran Rumah Tangga Untuk
2500 kilokalori 2000 kilokalori 1700 kilokalori
Pagi Nasi 2 sendok nasi 2 sendok nasi 1 sendok nasi
Daging bumbu semur 1 potong 1 potong ½ potong
Tumis kacang panjang + tauge ½ mangkok ½ mangkok ½ mangkok
Teh manis 1 gelas 1 gelas 1 gelas
10.00 Bubur kacang hijau 1 gelas 1 gelas 1 gelas
Siang Nasi 3 sendok nasi 2 sendok nasi 1½ sendok nasi
Ikan goreng 1 potong 1 potong 1 potong
Tempe bacem 2 potong 1 potong 1 potong
Lalap ½ mangkok ½ mangkok ½ mangkok
Sayur asem 1 mangkok 1 mangkok 1 mangkok
Sambal tomat 1 sendok makan 1 sendok makan 1 sendok makan
Nenas 1 potong 1 potong 1 potong
16.00 Buah - - 1 potong
Malam Nasi 3 sendok makan 2 sendok makan 1½ sendok makan
Pepes ayam 1 potong 1 potong 1 potong
Tahu balado 1 potong 1 potong 1 potong
Sayur bening bayam + jagung muda 1 mangkok 1 mangkok 1 angkok
Pepaya 1 potong 1 potong 1 potong
Keterangan : untuk ukuran rumah tangga nasi digunakan sendok nasi (centong), bukan sendok makan


CARA MENENTUKAN IMT DENGAN GRAFIK.

1. Tentukan titik berat badan tinggi badan anda pada masing-masing sumbu grafik.
2. Tarik garis lurus dari titik yang menunjukkan berat badan sejajar dengan sumbu tinggi badan.
3. Tarik garis lurus dari titik tinggi badan tegak lurus sejajar dengan sumbu berat badan.
4. Angka pertemuan antara garis berat badan dan tinggi badan tersebut adalah nilai IMT anda.

LEMAK DAN MINYAK

PENDAHULUAN

Lemak merupakan sumber kalori yang tinggi dibandingkan dengan protein dan karbohidrat. Lemak yang dioksidasi secara sempurna dalam tubuh akan menghasilkan 9,3 kalori setiap 1 gram lemak, sedangkan protein dan karbohidrat hanya menghasilkan 4,1 dan 4,2 kalori untuk 1 gramnya. Lemak atau minyak yang ditambahkan kedalam bahan pangan harus memenuhi persyaratan dan sifat-sifat tertentu yang berhubungan dengan mutu dan cita rasanya.

Mutu minyak atau lemak dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain proses pengolahan, penanganan, penyimpanan, dan penggunaan lemak. Perubahan ini dipengaruhi oleh susunan kimia dari lemak, struktur dan komposisi serta fisik lemak dan minyak.
Berdasarkan sumbernya minyak dan lemak dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu lemak berasal dari hewani (lemak hewan) yaitu berasal dari sapi, domba, dan hewan-hewan laut seperti sarden, tuna, dan sebagainya. Lemak nabati yaitu lemak yang berasal dari tanaman meliputi jenis tanaman palmae seperti minyak kelapa, minyak kelapa sawit dan yang berasal dari jenis kacang-kacangan seperti kacang kedelai, kacang tanah dan juga dari jenis serealia seperti gandum, beras manis minyak dari tumbuhan lainnya seperti minyak biji kapas, bunga matahari, minyak jambu mente, lemak tengkawang dan lemak coklat. Keragaman jenis bahan baku akan mempengaruhi keragaman sifat kimia, sifat fisik dan minyak tersebut.

Lemak dan minyak merupakan zat gizi penting untuk menjaga kesehatan manusia. Selain itu, lemak dan minyak merupakan sumber energi yang lebih efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Sumbangan energi per gram lemak, protein, dan karbohidrat masing-masing 9,4 dan 4 kkal 3(1).

Mentega dan margarin tergolong lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (edible fat consumed uncooked). Keduanya memiliki fungsi sama, yaitu sebagai sumber energi, meningkatkan daya terima makanan, membentuk struktur, serta memberikan cita rasa yang enak. Namun, ada perbedaan mendasar pada kedua produk tersebut. Mentega merupakan produk alami susu. Pembuatannya dengan mengocok dan mengguncangkan krim susu, hingga tercapai keadaan semipadat. Margarin umumnya dibuat dari minyak nabati. Kedua jenis bahan pangan ini merupakan emulsi dengan tipe yang sama, yaitu fase air yang berada dalam fase minyak (water in oil). Sebagian dari kita menghindari mentega dan margarin karena takut pada kandungan lemaknya. Padahal, banyak zat gizi lain yang terdapat pada bahan makanan itu. Selain vitamin A dan D, juga terdapat zat besi, fosfor, natrium, kalium serta omega-3 dan omega-6 4(1).

Minyak sawit dengan Derivat Super Olein pada mulanya dikenal dengan nama Tropical Oil, biasa digunakan sebagai minyak sayur atau minyak goreng. Selain itu juga menjadi bahan pembuatan margarin yang biasa dioleskan pada roti tawar, shortening untuk pembuatan roti dan biskuit, dan sebagai bahan baku deep frying oil yang banyak digunakan untuk menggoreng di restoran fast food(1).

Pada pembuatan mentega dan margarin, penambahan emulsifier berfungsi untuk (1) mengurangi daya percik produk apabila digunakan untuk menggoreng karena air yang ada di dalam produk diikat oleh lemak, (2) memperpanjang daya simpan, sebab produk dinyatakan rusak apabila terjadi pemisahan komponen lemak dan air, (3) memperkeras tekstur agar tidak meleleh pada suhu kamar, dan (4) mempertinggi titik didih untuk memenuhi tujuan penggorengan (2).

Jenis minyak sawit jadi terkenal saat memasuki pasaran dunia, khususnya Amerika, dan merupakan ancaman bagi petani dan industri kedelai yang juga menghasilkan minyak sayur. Petani kedelai Amerika mulai panik karena minyak sawit dengan harga murah mempunyai mutu yang tidak kalah dengan minyak kedelai. Saat itulah minyak sawit dituduh dan dikatakan identik dengan saturated fat atau dengan asam lemak jenuh tinggi, yang mempunyai efek meningkatkan kolesterol darah. Padahal, kandungan asam lemak jenuh dan kandungan asam lemak tidak jenuh dalam minyak sawit sebanding dan sangat menguntungkan, yang justru menurunkan kolesterol darah(2).

Minyak atas lemak berdasarkan bentuk atau konsistensinya. Minyak berbentuk cair pada suhu ruang, sedangkan lemak berbentuk padat atau semi padat. Sifat fisik lemak yang penting antara lain warna, flavor, berat jenis, turbidy point. Sifat fisik ini penting diketahui untuk mengenal jenis dan lemak serta untuk mnegtahui adanya kerusakan atau pemalsuan minyak atau lemak(2).

Warna minyak yang ada ditimbulkan oleh pigmen atau komponen tertentu baik yang terdapat secara alamiah maupun sengaja ditambahkan pada saat proses pembuatan minyak atau lemak. Warna kuning atau orange ditimbulkan karena ada karoten yang larut dan warna hijau ditimbulkan karena ada komponen klorofil. Warna minyak yang menyimpang (misalnya menjadi gelap, keruh atau coklat) disebabkan sifat fisik lemak atau minyak ditentukan juga oleh susunan jenis asam lemak yang terdapat pada minyak atau lemak. Minyak sawit mengandung komponen aktif yang sangat berguna bagi kesehatan dari bayi sampai orang dewasa. Secara alami minyak sawit merupakan sumber asam lemak tidak jenuh tunggal (MUFA = Mono Unsaturated Fatty Acid) dan asam lemak tidak jenuh ganda (PUFA = Poly Unsaturated Fatty Acid). Selain itu, kandungan zat gizi mikro dalam minyak sawit sangat beragam jenisnya, yang berguna untuk tubuh dalam mencapai derajat kesehatan yang optimal(3).

Karoten berupa karotenoid pro-vitamin A yang terdapat dalam minyak sawit merupakan anugerah alam yang dikenal sebagai komponen aktif. Karoten terdiri dari tiga jenis yaitu alfa, beta dan gama karoten. Yang paling dominan dan banyak jumlahnya dalam minyak sawit adalah beta karoten. Beta karoten adalah pro-vitamin A, yang kegunaannya dalam tubuh untuk berbagai keperluan. Beta karoten baik bagi pertumbuhan, mencegah kebutaan, untuk reproduksi pemeliharaan sel epitel dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai macam penyakit. Selain itu, karoten juga sangat baik untuk kesehatan kulit. Karoten juga berfungsi sebagai antioksidan. Karotenoid non pro-vitamin A maupun Karotenoid pro-vitamin A berfungsi sebagai antioksidan, yang berperan dalam mencegah timbulnya penyakit kanker, mencegah proses penuaan terlalu dini, dan mengurangi terjadinya penyakit degeneratif lainnya(3).

Salah satu dari teori penyebab kanker adalah terjadinya mutasi sifat sel yang diduga disebabkan oleh adanya radikal bebas. Karotenoid pro-vitamin A dan karotenoid non pro-vitamin A sudah dilaporkan mampu bertindak sebagai pemusnah radikal bebas yang dihasilkan pada proses metabolisme dalam tubuh. Sudah terbukti bahwa karotenoid sangat efisien dalam menetralisir radikal oksigen dan efek peroksida lain serta mengurangi peluang terbentuknya sel kanker(1).

Sebagian besar lemak dan minyak dalam alam terdiri 98%-99% trigliserida. Trigliserida adalah ester gliserol, suatu alkohol trihidat dan asam lemak yang tepatnya disebut trisilgliserol. Bila ketiga asam lemak di dalam trigliserida sederhana; bila berbeda dinamakan trigliserida campuran. Contoh trigliserida sederhana lemak tristearin. Bila suatu asam lemak bergabung dengan gliserol,maka lemak tersebut dinamakan monogliserida dan bila dua, disebut digliserida(3).

Berat jenis lemak lebih rendah daripada air, oleh karena itu mengapung ke atas dalam campuran air dan minyak atau cuka dan minyak. Sifat fisik trigliserida ditentukan oleh proporsi dan struktur kimia asam lemak yang membentuknya. Titik cair, dengan deminkian tingkat kepadatannya meningkat dengan bertambah panjangnya rantai asam lemak dan tingkat kejenuhannya. Semakin banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan ikatan tidak jenuh, semakin lunak dan cair lemak tersebut. Sebaliknya, semakin banyak mengandung asam lemak –jenuh rantai panjang, seperti asam palmitat (C 16:0) dan asam stearat (18:O) yang terdapat pada lemak hewan, semakin padat lemak tersebut. Sifat trigliserida juga ditentukan oleh posisi ω (omega) dan posisi asam lemak pada molekul gliserol(4).

Lemak dan minyak merupakan sumber energy paling padat, yang menghasilkan 9 kkalori untuk tiap gram, 21/2 kali lebih besar energy yang dihasilkan oleh karbohidrat dan protein dalam jumlah yang sama(4).

Sebagai simpanan lemak, lemak merupakan cadangan energy tubuh paling besar. Simpanan ini berasal dari konsumsi berlebihan salah satu atau kombinasi zat-zat energy : karbohidrat,lemak, dan protein. Lemak tubuh pada umumnya disimpan sebagai berikut: 50% di jaringan hewan bawah kulit (subkutan), 45% di sekeliling organ dalam rongga perut, dan 5% di jaringan intramuskuler(4).

Lemak mengandung vitamin larut lemak tertentu. Lemak susu dan minyak ikan laut tertentu mengandung vitamin A dan D dalam jumlah berarti. Hampir semua minyak nabati merupakan sumber vitamin E. Minyak kelapa sawit mengandung banyak karetinoid (provitamin A). Lemak membantu transportasi dan absorpsi vitamin larut lemak yaitu A, D, E, dan K (4).

Bahwa kadar kolesterol darah yang meningkat berpengaruh tidak baik untuk jantung dan pembuluh darah telah diketahui luas oleh masyarakat. Namun ada salah pengertian, seolah-olah yang paling berpengaruh terhadap kenaikan kolesterol darah ini adalah kadar kolesterol makanan. Sehingga banyak produk makanan, bahkan minyak goring diiklankan sebagai nonkolesterol(4).

Faktor makanan yang paling berpengaruh terhadap kadar kolesterol darah, dalam hal ini Low Density Lipoprotein/LDL, adalah lemak total, lemak jenuh dan energy total. Dengan mengurangi lemak total dalam makanan, jumlah energy total akan ikut berkurang. Jenis lemak yang dikurangi ini hendaknya lemak jenuh. Kolesterol makanan sebetulnya hanya sedikit meningkatkan kolesterol makanan, tergantung jumlah kolesterol darah menurut prioritas adalah jumlah lemak, lemak jenuh dan kolesterol(5).

Kenaikan trigliserida dalam plasma (hipertrigliserida) juga dikaitkan dengan terjadinya penyakit jantung koroner. Kadar trigliserida plasma banyak dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat makanan dan kegemukan(5).

Konsumsi lemak akhir-akhir ini juga dikaitkan dengan penyakit kanker. Hal yang berpengaruh adalah jumlah lemak dan mungkin asam lemak-tidak jenuh ganda tertentu yang terdapat dalam minyak sayuran(5).

Asam lemak omega-3 ternyata berpengaruh baik terhadap kesehatan. Hal ini pertama kali ditemukan pada penduduk asli Alaska, walaupun makanannya mengandung banyak energy, banyak lemak, dan banyak kolesterol, ternyata bebas dari penyakit jantung koroner atau ateroklerosis. Makanan mereka terutama adalah ikan laut dalam yang kaya akan lemak omega-3, terutama EPA dan DHA(5).

Asam lemak omega-3 diduga dapat pula mencegah pencegah penyakit kanker, menghambat kecepatan perkembangannya serta menurunkan kecepatan pertumbuhan, ukuran dan jumlah sel kanker . Asosiasi Jantung Amerika menganjurkan makan ikan 2-3 kali seminggu. Suplemen berupa minyak ikan tidak dianjurkan. Kebanyakan mengkonsumsi minyak ikan dapat menyebabkan perdarahan atau menghambat penyembuhan luka. Suplemen minyak ikan dibuat dari hati ikan yang mungkin tercemar dengan bahan-bahan toksik berasal dari pestisida, logam berat dan bahan pencemar lain(5).

DAFTAR PUSTAKA


1. Tim Pengajar. Pedoman Praktikum Ilmu Bahan Makanan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas. Makassar. 2008.
2. Muchtadi, Tien R dan Sugiyono. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi Institut Pertanian Bogor. Bogor. 1992.
3. Buckle, K.A. dkk. Ilmu Pangan. Jakarta. Universitas Indonesia – Press. 1987.
4. Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.1997.
5. Hadju, Veni. Gizi Dasar. Ujung Pandang. Jurusan Gizi Universitas Hasanuddin Fakultas Kesehatan Masyarakat.1997.

Wednesday, May 27, 2009

ASPEK PEMASARAN

TOPIK : “ Perencaanan Bisnis Keripik Singkong Berlapis Coklat Dengan Analisis Aspek Pemasaran “

OLEH : BOHARI

A. Alasan Pemilihan Bisnis Keripik Singkong
Sebagian penduduk di Gowa banyak yang bercocok tanam dan bekerja sebagai petani, kebanyakan dari mereka adalah bercocok tanam utamanya singkong. Hal ini menunjang untuk membuka bisnis keripik singkong di kota Makassar.
Disamping alasan diatas saat ini para konsumen dari luar kota dalam memberi kripik singkong belum dapat dipenuhi oleh industri yang saat ini ada, sehingga sering terjadi para konsumen kesulitan mendapat singkong yang diharapkan. Kemudian, agar keripik singkong yang saya buat memiliki perbedaan dengan keripik singkong yang lain, maka saya berencana membuat keripik singkong yang dilapisi coklat agar terlihat menarik. Dari hal di atas dapat disimpulkan bahwa bisnis keripik singkong masih sangat memungkinkan buat saya untuk memulai bisnis ini.

B. Analisis Aspek Pemasaran
ORIENTASI PEMASARAN
 Konsep Produksi
Bahan baku dari keripik singkong adalah singkong yang didapatkan di daerah saya yaitu Kabupaten Gowa, kemudian keripik ini diproduksi dalam jumlah besar dan tersebar di semua pasar, baik pasar tradisional dan swalayan di Makassar.

 Konsep Produk
Produk dari bisnis ini adalah keripik singkong, tapi terdapat perbedaan dengan keripik singkong yang selama ini dijual, saya berencana untuk membuat keripik singkong yang dilapisi coklat agar kelihatan menarik dan memberikan rasa yang berbeda. Tentunya ini saya lakukan supaya produk saya bernilai dan bermutu serta disukai oleh konsumen. Ini adalah salah satu jenis keripik singkong yang akan saya promosikan dan akan terus mengembangkan demi kepuasan pelanggan dan menghindari kebosanan.
Kemudian, bentuk kemasan dari keripik singkong berlapis coklat ukurannya sedang dan menggunakan plastic tembus pandang.
 Konsep Penjualan
Bentuk promosi dari keripik singkong berlapis coklat yaitu mencoba menarik perhatian dan memperkenalkan produk baru saya kepada konsumen dengan cara membagi-bagikannya secara gratis. Kemudian, saya akan menilai respon dari konsumen yang telah mencoba keripik singkong berlapis coklat dengan menanyakan apakah konsumen puas dan senang dengan produk saya. Jika belum, berarti ada yang perlu dibenahi dalam proses produksi keripik singkong berlapis coklat. Tapi, saya yakin, produk ini akan laku.

 Konsep Pemasaran
keripik singkong berlapis coklat ini akan memberi kepuasan tersendiri kepada konsumen untuk selanjutnya membeli produk ini. Tentunya agar hal tersebut dapat tercapai, maka ada beberapa yang perlu diperhatikan, misalnya menjaga mutu dan kualitas dari produk ini, memberi pelayanan prima kepada konsumen saat membeli produk ini, produk ini mudah didapat, harganya terjangkau, dll.

PERENCANAAN DALAM PEMASARAN
 Sasaran Pemasaran
 Keuntungan
Hasil penjualan keripik singkong berlapis coklat bisa memberi keuntungan besar buat saya, karena saya akan menjualnya dengan harga yang terjangkau, mudah didapat, mudah dibawa serta menjadi kebutuhan konsumen sebagai makanan cemilan utama dirumah, dikantor, dijalan, dan dimana saja, karena keripik singkong berlapis coklat memiliki nilai gizi tinggi utamanya sebagai sumber energi (singkong=karbohidrat) dan penenang ketika sedang stress (coklat).

 Volume Penjualan
Rencana awal dari banyaknya keripik singkong berlapis coklat yang akan diproduksi masih kecil, karena bisnis ini masih termasuk industri rumah tangga.

 Pangsa Pasar
keripik singkong berlapis coklat ini memiliki pangsa pasar yang luas, karena saya akan menjualnya dimana-mana, artinya bisa di pasar tradisional, swalayan, terminal, di kantin sekolah, toko besar dan kecil.

 Strategi Pemasaran
 Segmentasi pasar
Pemasaran keripik singkong berlapis coklat ini masih meliputi wilayah perkotaan yaitu kota makassar, dan produk ini bisa dinikmati oleh siapa saja (anak-anak, orang tua, pendapatan tinggi atau rendah, semua agama, kelas social), bisa juga menjadi trend bagi siapa saja yang mengkonsumsinya, serta bisa dinikmati kapan saya, karena produk ini termasuk makanan cemilan atau selingan, bagi mereka yang belum sempat makan pagi, siang, dan malam.

 Target Pasar
Untuk target pasar, saya berencana menggunakan strategi pemasaran dengan teknik Spesialisasi Produk dan Cakupan Seluruh Pasar. Artinya bahwa, produk yang akan saya produksi Cuma keripik singkong berlapis coklat yang sehat dan nyaman, kemudian produk ini bisa dijual kepada seluruh pasar yang ada di kota makasssar.

 Taktik Pemasaran
Mengingat bahwa keripik singkong berlapis coklat ini memiliki perbedaan dengan keripik singkong yang lain, maka saya akan melakukan taktik pemasaran yaitu:
1. Produk, keripik singkong yang akan saya buat adalah keripik singkong berlapis coklat, sehingga berbeda dengan keripik singkong yang lain.
2. Harga, keripik singkong berlapis coklat ini harganya mudah dijangkau oleh semua pelanggan, dan penentuan harga ini berdasarkan pada biaya produksi ditambah mark-up sekitar 10 %.
3. Distribusi, Pendistriusian keripik singkong berlapis coklat disamping diambil para pedagang, saya juga akan menggirimkan langsung pada pasar sasaran dengan cara mengantar ke toko-toko makanan dan swalayan pada pasar sasaran.
4. Promosi, yang dilakukan untuk mengenal produk tersebut adalah dengan promosi pada penjual makanan di pasar atau ditoko-toko.

 Nilai Pemasaran
Produk keripik singkong berlapis coklat akan dibuat dengan cara-cara khusus dalam pengolahannya agar sulit/tidak mudah ditiru oleh orang lain, dan memiliki keunikan tersendiri.
Keripik singkong berlapis coklat punya kelebihan dibandingkan dengan keripik singkong yang lain yaitu dilapisi dengan coklat pilihan agar mempunyai cita rasa yang khas, enak, dan nyaman.
Pelayanan yang dapat diberikan kepada konsumen berkaitan dengan produk ini adalah pelayanan yang dimulai jauh sebelum tatap muka langsung dengan pelanggan, cepat tanggap bila terjadi kelalaian, jaminan kemanan dalam mengkonsumsinya serta proses pengolahannya yang higenis, bersikap ramah dan emphatic kepada pelanggan.

C. Analisis Aspek Operasional
 Desain Produksi
Untuk meningkatkan output maka selalu mengamati perkembangan teknologi dan riset produk atau uji coba produk. Pertimbangan utama penentuan lokasi usaha adalah ketersediaan bahan baku untuk proses produksi.
Luas usaha yang akan dikembangkan adalah kapasitas 1 (satu) kwintal kripik singkong jadi perhari. Pola usaha yang dikembangkan adalah pola produksi kontinyu sehingga setiap waktu selalu menghasilkan kripik singkong tanpa terpengaruh waktu dan musim.
 Proses produksi sederhana meliputi singkong dikupas selanjutnya diiris diberi campuran aroma selanjutnya digoreng atau dioven, dan diberi lapisan coklat pada tingkat kekeringan yang disyaratkan selanjutnya dibungkus.


D. Analisis Aspek Sumber Daya Manusia
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk perusahaan ini terdiri dari 3 orang pegawai kantor untuk administrasi dan marketing, 3 orang petugas lapangan, 5 orang bertugas memasak dan menggorang, disamping itu ada 35 orang pekerja borongan yang mengelupas singkong, mencetak dan mengemas. Untuk meningkatkan keterampilan karyawan perlu ditambah bekal keterampilan dengan mengikuti kepelatihan-pelatihan.
Agar karyawan betah bekerja diberi asuransi kesehatan biaya rawat jalan jika berobat dan bantuan 50% biaya rawat inap jika opname dikelas III. Sejak masuk karyawan sudah menandatangani kontrak perjanjian yang berisi hak dan kewajiban termasuk sanksi pelanggaran.

Friday, May 22, 2009

Jawaban Ujian Pato 2

oleh bohari

A. SISTEM PERNAPASAN

1. 3 STADIUM FISIOLOGI PERNAPASAN
- VENTILASI : masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-apru
- Transportasi :
- Difusi gas-gas antara alveolus dan kapiler paru
- Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam alveoulus
- Reaksi kimia dan fisik antara C02 dan O2 dengan darah
- Respirasi sel/interna : merupakan stadium akhir yaitu saat zat-zat dioksidasi untuk mendapatkan energi dan CO2 yang terbentuk sebagai sampah metabolisme sel dikeluarkan oleh paru-paru.

2. Volume dan Kapasitas Pernapasan
- Volume tidal : jumlah udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap kali bernapas
- Volume cadangan inspirasi : jumlah udara yang diinspirasi secara paksa sesudah ekspirasi voleme tidal normal
- Volume cadangan ekspirasi : jumlah udara yang ekspirasi secara paksa sesudah inspirasi volume tidal normal.
- Volume residu : jumlah udara yang tertinggal dalam paru sesudah ekspirasi paksa
- Kapasitas paru total : jumlah udara maksimum yang dapat dimasukkan ke dalam paru sesudah inspirasi
- Kapasitas vital : jumlah udara maksimal yang dapat diekspirasi sesudah inspirasi
- Kapasitas inspirasi : jumlah udara maksimal yang dapat diinspirasi sesudah ekspirasi.

B. SISTEM GINJAL

1. Fungsi Ekskresi dan Non-Ekskresi Ginjal

- Ekskresi
- Mempertahankan osmololitas plasma sekitar 285 mOsmol dengan mengubah sekresi air.
- Mempertahankan voleme ECF dan tekanan darah dengan mengubah-ubah eksresi Na+
- Mempertahankan konsentrasi plasma masing-masing elektrolit individu menjadi normal
- Non-Ekskresi
- Mensintesis dan mengaktifkan hormon, misalnya renin untuk pengaturan tekanan darah, eritropoetin untuk merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang belakang.

2. Diet Penyakit Gagal Ginjal Kronik

- Diet rendah protein, (0,4-0,8 gram/kg BB) bisa memperlambat perkembangan gagal ginjal kronis.
- Tambahan vitamin B dan C diberikan jika penderita menjalani diet ketat atau menjalani dialisa.
- Kadang asupan cairan dibatasi untuk mencegah terlalu rendahnya kadar garam (natrium) dalam darah.
- Asupan garam biasanya tidak dibatasi kecuali jika terjadi edema (penimbunan cairan di dalam jaringan) atau hipertensi.

C. SISTEM SARAF

1. Evaluasi Fungsi Sistem Saraf
- Pemeriksaan mental, meliputi tingkat kesadaran, fungsi serebral
- Pemeriksaan bahasa dan bicara
- Pemeriksaan saraf kranial
- Pemeriksaan fungsi motorik
- Pemeriksaan fungsi sensorik
- Refleks regangan otot
2. Diet pada perdarahan di otak

D. SISTEM REPRODUKSI

ANAMNESI PROSTAT

Gejala klinis yang timbul berupa LUTS ( Lover Urinary Tract Symtoms ) yaitu :
1. Iritatif
o Nochturia, kencing malam hari > 1x
o Frekuensi, kencing > 8x
o Urgency rasa terdesak ingin kencing
2. Obstructive
o Pancaran kencing lemah
o Harus mengedan saat kencing
o Rasa tidak lampias setelah kencing
o Harus menunggu bila ingin kencing

Pemeriksaan yang akan dilakukan :

• Riwayat penyakit, dokter akan menilai ringan beratnya penyakit dengan menggunakan scoring
• Pemeriksaan colok dubur, untuk menilai perkiraan besarnya prostat dan deteksi dini adanya kanker prostat
• Transrectal Ultrasound, mengukur volume prostat secara lebih akurat, dan melihat adanya tanda-tanda kanker prostat
• Uroflowmetry, pemeriksaan pancaran kencing untuk melihat sampai sejauh mana sumbatan saluran kemih akibat pembesaran prostat

DIET BAGI PENDERITA KANKER PROSTAT
- Kurangi konsumsi lemak
Diet tinggi lemak diketahui terkait dengan kanker prostat. Jadi, batasi konsumsi lemak anda dan mulailah perbanyak konsumsi buah, sayur, dan serat yang dapat membantu menurunkan risiko kanker prostat.
- Berolahraga dengan teratur
Secara umum, berolah raga dengan teratur dapat menurunkan risiko terkena kanker, termasuk kanker prostat. Olah raga terbukti memperkuat sistem daya tahan tubuh, memperbaiki sirkulasi darah, dan mencegah obesitas.

E. SISTEM ENDOKRIN

ANANMESI PENDERITA DM

Gejala khas yang umum dirasakan penderita diabetes adalah lebih sering buang air kecil terus pada malam hari (poliuria), sering merasa haus (polidipsia), dan sering merasa lapar walaupun sudah makan (polifagia).
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.

DIET BAGI PENDERITA DM
- Kebutuhan kalori disesuaikan dengan kelainan metabolik, umur, berat badan, tinggi badan, dan aktivitas tubuh.
- Jumlah hidrat arang disesuaikan dengan kesanggupan tubuh dalam menggunakan tubuh dalam menggunakannya.
- Cukup protein, mineral, vitamin didalam makanan
- Bahan Makanan Yang Harus Di Batasi
- Sumber hidrat arang kompleks seperti nasi, lontong, roti, ubi, singkong, mie, bihun, macaroni dan makanan lain yang dibuat dari tepung-tepungan.
- Bahan Makanan Yang Harus Di hindari
- Gula murni dan makanan yang diolah dengan gula murni, seperti gula pasir, gula jawa, gula-gula dodol, coklat, jam, madu, sirup, coca-cola, susu kental manis, es krim, kue-kue manis, coke, tarcis, buah dalam kaleng, dendeng, abon, kecap, dan lain-lain.

F. SISTEM DERMATOLOGI

MEKANISME TERJADINYA ACNE VULGARIS
- peradangan kronis dari folikel pilocebaceous (salah satu kelenjar pada kulit), disertai penyumbatan dan penimbunan keratin, ditandai dengan adanya komedo, pustula, nodula, dan kista. Pada acne dapat timbul komedo (sumbatan bahan tanduk dalam unit pilosebaseus); papula (komedo tertutup yang pecah); pustula (bentukan padat yang mengalami perlunakan pada puncaknya, dengan mengeluarkan nanah), nodul (dari komedo tertutup–penonjolan pada kulit yang lebih besar dari papula), dan jaringan parut.

DIET PENDERITA ACNE
Pengobatan secara umum meliputi : mencuci muka dengan sabun dua kali sehari–jangan berlebihan; menghindari pemakaian kosmetika yang berlebihan, menghindari makan kacang, coklat, minyak, mentega, dll (meskipun beberapa penelitian tidak menemukan korelasi antara makanan dan timbulnya acne). Untuk pengobatan berupa salep maupun antibiotika sebaiknya menghubungi dokter.

Monday, May 18, 2009

Pola Asuh dan Budaya Pengaruhi Gizi Anak

sumber:http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Kota&id=107178

Pontianak,- Kasus gizi buruk dan busung lapar di Kalimantan Barat dipengaruhi oleh pola asuh dan budaya yang salah. Banyak orang tua yang terpaksa menitipkan anaknya demi mengadu nasib di negeri orang. Akibatnya, banyak balita tidak mendapatkan kecukupan nutrisi di bawah pengasuhan kakek neneknya. Selain itu, budaya masyarakat yang sering memprioritaskan jatah makan kepala keluarga, membuat anak-anak porsi makannya berkurang. Pernyataan itu disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan Propinsi Kalbar, dr Honggo.

”Kesehatan adalah muara semua masalah. Artinya banyak hal yang mempengaruhinya, jadi tidak bisa dipandang dari satu sisi saja. Demikian halnya dengan gizi buruk dan busung lapar,” jelasnya. Dari pantuan Dinas Kesehatan Kalbar, dia memperoleh kesimpulan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap makanan sehat, berpengaruh besar terhadap kasus gizi buruk. Honggo mengambil contoh Kabupaten Sanggau yang memiliki sebaran kasus itu, sebagian besar korbannya memiliki orang tua dengan kesadaran gizi yang rendah. “Balita seringkali cuma diberi kole-kole dan pisang. Padahal itu sangat keliru, di usia itu mereka butuh makanan padat gizi. Kalau cuma dua jenis makanan tersebut, anak akan mengalami kekurangan gizi,” tuturnya. Menurutnya orang tua balita di daerah, sering menganggap enteng makanan anaknya. Mereka berkilah, makanan yang diberikan sudah jadi warisan nenek moyang.

Selain itu, Honggo melihat pengaruh mobilitas penduduk yang bekerja di Malaysia juga punya andil dalam kasus gizi buruk. “Karena orang tua terpaksa jadi TKI, anak diasuh kakek neneknya. Tentu saja dengan keterbatasan ekonomi, sang anak tak dapat nutrisi yang cukup. Kesalahan pola asuh ini, banyak terjadi di wilayah perbatasan,” jelasnya.

Dia juga menyebutkan kesalahan budaya masyarakat berpengaruh pada gizi buruk. Kebiasaan masyarakat yang memandang kepala keluarga sebagai penerima jatah makanan harus dirubah. “Banyak masyarakat mendahulukan kepala keluarga saat makan. Porsi makanan terbanyak disediakan pencari nafkah, padahal harusnya anak-anak. Sebab mereka perlu gizi tinggi selama masa pertumbuhan,” terang Honggo.

Melihat penyebab tersebut, pihaknya mengharapkan kerjasama berbagai pihak untuk memperkecil angka penderita gizi buruk dan busung lapar.”Setiap daerah pasti ada penderitanya. Karena topografi Indonesia, jalur suplai bahan pangan tak bisa selalu lancar. Jadi kalau dihilangkan, sama sekali tak mungkin. Mengingat banyak faktor itu tadi, perlu peran aktif semua lapisan masyarakat,” ujar Honggo. Dia juga mengatakan Dinas Kesehatan Propinsi Kalbar tak akan menutup-nutupi kasus gizi buruk dan busung lapar.(dee)

< Kasus gizi buruk dan busung lapar di Kalimantan Barat dipengaruhi oleh pola asuh dan budaya yang salah. Banyak orang tua yang terpaksa menitipkan anaknya demi mengadu nasib di negeri orang. Akibatnya, banyak balita tidak mendapatkan kecukupan nutrisi di bawah pengasuhan kakek neneknya. Selain itu, budaya masyarakat yang sering memprioritaskan jatah makan kepala keluarga, membuat anak-anak porsi makannya berkurang. Pernyataan itu disampaikan Kepala Bidang Kesehatan Daerah Dinas Kesehatan Propinsi Kalbar, dr Honggo.

”Kesehatan adalah muara semua masalah. Artinya banyak hal yang mempengaruhinya, jadi tidak bisa dipandang dari satu sisi saja. Demikian halnya dengan gizi buruk dan busung lapar,” jelasnya. Dari pantuan Dinas Kesehatan Kalbar, dia memperoleh kesimpulan rendahnya pemahaman masyarakat terhadap makanan sehat, berpengaruh besar terhadap kasus gizi buruk. Honggo mengambil contoh Kabupaten Sanggau yang memiliki sebaran kasus itu, sebagian besar korbannya memiliki orang tua dengan kesadaran gizi yang rendah. “Balita seringkali cuma diberi kole-kole dan pisang. Padahal itu sangat keliru, di usia itu mereka butuh makanan padat gizi. Kalau cuma dua jenis makanan tersebut, anak akan mengalami kekurangan gizi,” tuturnya. Menurutnya orang tua balita di daerah, sering menganggap enteng makanan anaknya. Mereka berkilah, makanan yang diberikan sudah jadi warisan nenek moyang.

Selain itu, Honggo melihat pengaruh mobilitas penduduk yang bekerja di Malaysia juga punya andil dalam kasus gizi buruk. “Karena orang tua terpaksa jadi TKI, anak diasuh kakek neneknya. Tentu saja dengan keterbatasan ekonomi, sang anak tak dapat nutrisi yang cukup. Kesalahan pola asuh ini, banyak terjadi di wilayah perbatasan,” jelasnya.

Dia juga menyebutkan kesalahan budaya masyarakat berpengaruh pada gizi buruk. Kebiasaan masyarakat yang memandang kepala keluarga sebagai penerima jatah makanan harus dirubah. “Banyak masyarakat mendahulukan kepala keluarga saat makan. Porsi makanan terbanyak disediakan pencari nafkah, padahal harusnya anak-anak. Sebab mereka perlu gizi tinggi selama masa pertumbuhan,” terang Honggo.

Melihat penyebab tersebut, pihaknya mengharapkan kerjasama berbagai pihak untuk memperkecil angka penderita gizi buruk dan busung lapar.”Setiap daerah pasti ada penderitanya. Karena topografi Indonesia, jalur suplai bahan pangan tak bisa selalu lancar. Jadi kalau dihilangkan, sama sekali tak mungkin. Mengingat banyak faktor itu tadi, perlu peran aktif semua lapisan masyarakat,” ujar Honggo. Dia juga mengatakan Dinas Kesehatan Propinsi Kalbar tak akan menutup-nutupi kasus gizi buruk dan busung lapar.(dee)

PROGRAM PEMBANGUNAN NASIONAL PEMBANGUNAN SOSIAL DAN BUDAYA

A. UMUM

Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang keempat, yaitu membangun kesejahteraan rakyat, meningkatkan kualitas kehidupan beragama dan ketahanan budaya.

Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan masih belum diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal; masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan nasional, belum membudayanya olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga. Berbagai permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan berbagai program pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya yang telah diamanatkan dalam GBHN 1999-2004. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan bidang sosial dan budaya adalah desentralisasi; peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha; pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan perempuan dan keluarga; penguatan kelembagaan termasuk peningkatan koordinasi antarsektor dan antar lembaga.


B. ARAH KEBIJAKAN

Sesuai dengan GBHN 1999-2004 arah kebijakan pembangunan sosial dan budaya adalah sebagai berikut.

1. Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial.

a. Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan pencegahan, penyembuhan, pemulihan dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai lanjut usia.

b. Meningkatkan dan memelihara mutu lembaga dan pelayanan kesehatan melalui pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan sarana prasarana dalam bidang medis, termasuk ketersediaan obat yang dapat dijangkau oleh masyarakat.

c. Mengembangkan sistem jaminan sosial tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja bagi seluruh tenaga kerja untuk mendapatkan perlindungan, keamanan, dan keselamatan kerja yang memadai, yang pengelolaannya melibatkan pemerintah, perusahaan dan pekerja.
d. Membangun ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan penyelamatan dan pemberdayaann terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial dan korban bencana serta mencegah timbulnya gizi buruk dan turunnya kualitas generasi muda.

e. Membangun apresiasi terhadap penduduk lanjut usia dan veteran untuk menjaga harkat martabatnya serta memanfaatkan pengalamannya.

f. Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin dan anak-anak terlantar, serta kelompok rentan sosial melalui penyediaan lapangan kerja yang seluas-luasnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

g. Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian, peningkatan kualitas program keluarga berencana.

h. Memberantas secara sistematis perdagangan dan penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan terlarang dengan memberikan sanksi yang seberat-beratnya kepada produsen, pengedar dan pemakai.

i. Memberikan aksesibiliti fisik dan non fisik guna menciptakan perspektif penyandang cacat dalam segala pengambilan keputusan.


2. Kebudayaan, Kesenian dan Pariwisata.

a. Mengembangkan dan membina kebudayaan nasional bangsa Indonesia yang bersumber dari warisan budaya leluhur bangsa, budaya nasional yang mengandung nilai-nilai universal termasuk kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam rangka mendukung terpeliharanya kerukunan hidup bermasyarakat dan membangun peradaban bangsa.

b. Merumuskan nilai-nilai kebudayaan Indonesia, sehingga mampu memberikan rujukan sistem nilai terhadap totalitas perilaku kehidupan ekonomi, politik, hukum dan kegiatan kebudayaan dalam rangka pengembangan kebudayaan nasional dan peningkatan kualitas berbudaya masyarakat.

c. Mengembangkan sikap kritis terhadap nilai-nilai budaya dalam rangka memilah-milah nilai budaya yang kondusif dan serasi untuk menghadapi tantangan pembangunan bangsa dimasa depan.

d. Mengembangkan kebebasan berkreasi dan berkesenian untuk mencapai sasaran sebagai inspirasi bagi kepekaan rasa terhadap totalitas kehidupan dengan mengacu pada etika, moral, estetika dan agama, serta memberikan perlindungan dan penghargaan terhadap hak cipta dan royalti bagi pelaku seni dan budaya.

e. Mengembangkan dunia perfilman Indonesia secara sehat sebagai media massa kretaif yang memuat keberagaman jenis keseniaan untuk meningkatkan. moralitas agama serta kecerdasan bangsa. pembentukan opini publik yang posistif dan peningkatan nilai tambah secara ekonomi.

f. Melestarikan apresiasi nilai keseniaan dan kebudayaan tradisional serta menggalakkan dan memberdayakan sentra-sentra keseniaan untuk merangsang berkembangnya keseniaan nasional yang lebih kreatif dan inovativ, sehingga menumbuhkan rasa kebanggaan nasional.

g. Menjadikan keseniaan dan kebudayaan tradisional Indonesia sebagai wahana bagi pengembangan pariwisata nasional dan mempromosikannya keluar negeri secara konsisten sehingga dapat menjadi wahana persahabatan antarbangsa.

h. Mengembangkan pariwisata melalui pendekatan sistem yang utuh dan terpadu bersifat interdisipliner dan partisipatoris dengan menggunakan kriteria ekonomis, tekhnis, ergonomis, sosial budaya, hemat energi, melestarikan alam dan tidak merusak lingkungan.


3. Kedudukan dan Peranan Perempuan.

a. Meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melalui kebijakan nasional yang diemban oleh lembaga yang mampu memperjuangkan terwujudnya kesetaraan dan keadilan gender.

b. Meningkatkan kualitas peran dan kemandirian organisasi perempuan dengan tetap mempertahankan nilai persatuan dan kesatuan serta nilai historis perjuangan kaum perempuan, dalam rangka melanjutkan usaha pemberdayaan perempuan serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat.


4. Pemuda dan Olahraga

a. Menumbuhkan budaya olahraga guba meningkatkan kualitas manusia Indonesia sehingga memeiliki tingkat kesehatan dan kebugaran yang cukup, yang harus dimulai sejak usia dini melalui pendidikan olahraga disekolah dan masyarakat.

b. Meningkatkan usaha pembibitan dan pembinaan olahraga prestasi, harus dilakukan secara sistematis dan komprehensif melalui lembaga-lembaga pendidikan sebagai pusat pembianaan dibawah koordinasi masing-masing organisasi olahraga termasuk organisasi olahraga penyandang cacat bersama-sama dengan masyarakat demi tercapainya sasaran prestasi yang membanggakan ditingkat Internasional.

c. Mengembangkan iklim yang kondusif bagi generasi muda dalam mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat dengan memberikan kesempatan dan kebebasan mengorganisasikan dirinya secara bebabs dan merdeka sebagai wahana pendewasaan untuk menjadi pemimpin bangsa yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, patriotis, demokratis, mandiri, dan tanggap terhadap aspirasi rakyat.
d. Mengembangkan minat dan semangat kewirausahaan dikalangan generasi muda yang berdaya saing, unggul dan mandiri.

e. Melindungi segenap generasi muda dari bahaya destruktif terutama bahaya penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang dan zat aditif lainnya (narkoba) melalui gerakan pemberantasan dan peningkatan kesadaran masyarakat akan bahaya penyalahgunaan narkoba.


C. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN

Program pembangunan sosial dan budaya yang akan dilaksanakan dalam tahun 2000-2004 dikelompokkan dalam program kesehatan dan kesejahteraan sosial; kebudayaan, kesenian dan pariwisata; kedudukan dan peranan perempuan; serta pemuda dan olahraga, dengan uraian sebagai berikut :

1. Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial

1.1 Program Lingkungan Sehat, Perilaku Sehat, dan Pemberdayaan Masyarakat

a. Lingkungan Sehat

Program ini bertujuan untuk mewujudkan mutu lingkungan hidup yang sehat yang mendukung tumbuh kembang anak dan remaja, memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat, dan memungkinkan untuk interaksi social, serta melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat yang optimal.

Lingkungan yang diharapkan adalah yang kondusif bagi terwujudnya keadaan sehat fisik, mental, sosial, dan spiritual. Lingkungan tersebut mencakup unsur fisik, biologis, dan psikososial. Berbagai aspek lingkungan yang membutuhkan perhatian adalah tersedianya air bersih, sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan pemukiman yang sehat, dan lingkungan yang memungkinkan kecukupan ruang gerak untuk interaksi psikososial yang positif antar anggota keluarga maupun anggota masyarakat. Lingkungan yang kondusif juga diperlukan untukmendorong kehidupan keluarga yang saling asih, asah, asuh untuk menciptaka ketahanan keluarga dari pengaruh negatif modernisasi. Beberapa masalah lingkungan biologis yang perlu diantisipasi adalah pembukaan lahan baru, pemukiman pengungsi, dan urbanisasi yang erat kaitannya dengan penyebaran penyakit melalui vektor, perubahan kualitas udara karena polusi, dan paparan terhadap bahan berbahaya lainnya. Peningkatan mutu lingkungan mensyaratkan kerjasama dan perencanaan lintas sektor bahkan lintas negara yang berwawasan kesehatan.

Sasaran yang akan dicapai oleh program ini adalah :
1. Tersusunnya kebijakan dan konsep peningkatan kualitas lingkungan ditingkat lokal, regional dan nasional dengan kesepakatan lintas sektoral tentang tanggung jawab perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan.
2. Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, social, dan budaya masyarakat dengan memaksimalkan potensi sumber daya secara mandiri.
3. Meningkatnya kesadaran dan tanggung jawab masyarakat untuk memelihara lingkungan sehat.
4. Meningkatnya cakupan keluarga yang mempnyai akses terhadap air bersih yang memenuhi kualitas bakteriologis dan sanitasi lingkungan di perkotaan dan pedesaan.
5. Tercapainya pemukiman dan lingkunagn perumahan yang memenuhi syarat kesehatan di pedesaan dan perkotaan termasuk penanganan daerah kumuh.
6. Terpenuhinya persyaratan kesehatan ditempat-tempat umum termasuk saran dan cara pengelolaannya.
7. Terpenuhinya lingkungan sekolah dengan ruang yang memadai dan kondusif untuk menciptakan interaksi social dan mendukung perilaku hidup sehat.
8. Terpenuhinya persyaratan kesehatan ditempat kerja, perkantoran, dan indusri ternasuk bebas radiasi.
9. Terpenuhinya persyaratan kesehatan di seluruh rumah sakit dan saran pelayanan kesehatan lain termasuk pengelolaan limbah.
10. Terlaksananya pengolaha limbah industri dan polusi udara oleh industri maupun saran transportasi.
11. Menurunnya tingkat paparan pestisida dan insektisida dilingkungan kerja pertanian dan indusri dan pengawasan terhadap produk-produknya untuk keamanan konsumen.

Kegiatan pokok yang tercakup dalam program lingkungan sehat adalah :
1 Meningkatkan promosi hygiene dan sanitasi ditingkat individu, keluarga, dan masyarakat.
2 Meningkatkan mutu lingkungan perumahan dan pemukiman termasuk pengungsian.
3 Meningkatkan hygiene dan sanitasi tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan.
4 Meningkatka kesehatan keselamatan kerja.
5 Meningkatkan wilayah/kawasan sehat termasuk kawasan bebas rokok.

b. Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat

Tujuan umum program ini adalah memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat dalam bidang kesehatan untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya sendiri dan lingkungannya menuju masyarakat yang sehat, mandiri, dan produktif. Hal ini ditempuh melalui peningkatan pengetahuan, sikap positif, perilaku dan peran aktif individu, keluarga, dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat.

Perilaku masyarakat yang diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah terjadinya resiko penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan peningkatan kesehatan masyarakat, sedangkan kemampuan masyarakat yang diharapkan pada masa depan adalah mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu tanpa adanya hambatan, baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi.

Sasaran umum program ini adalah keberdayaan individu, keluarga, dan masyarakat dalam bidang kesehatan yang ditandai oleh peningkatan perilaku hidup sehat dan peran aktif dalam memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatan diri dan lingkungan sesuai social budaya setempat, khususnya pada masa kehamilan, masa bayi dan kanak-kanak, remaja perempuan usia produktif, dan kelompok-kelompok lain dengan kebutuhan kesehatan yang khusus.

Sasaran khusus program ini adalah :
1. Meningkatnya perwujudan kepedulian perilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan bermasyarakat.
2. Menurunnya prevalensi perokok, penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (napza), serta meningkatnya lingkungan sehat bebas asap rokok, dan bebas napza di sekolah, tempat kerja, dan tempat-tempat umum.
3. Menurunnya angka kematian dan kecacatan akibat kelahiran/persalinan, kecelakaan, dan rudapaksa.
4. Menurunnya prevalensi dab dampak gangguan jiwa masyarakat.
5. Meningkatnya keterlibatan dan tanggung jawab laki-laki dalam kesehatan keluarga.
6. Berkembangnya system jaringan dukungan masyarakat, sehingga pada akhirnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dapat meningkat.

Kegiatan pokok yang dilaksakan melalui program ini adalah :

1. Meningkatkan kepedulian terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.
2. Meningkatkan kepedulian terhadap proses perkembangan dini anak.
3. Meningkatkan upaya anti tembakau dan napza.
4. Meningkatkan pencegahan kecelakaan dan rudapaksa.
5. Meningkatkan upaya kesehatan jiwa masyarakat.
6. Memperkuat system jaringan dukungan masyarakat sesuai dengan potensi dan budaya setempat.

1.2. Program Upaya Kesehatan

Tujuan program ini adalah meningkatka pemerataan dan mutu upaya kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna serta terjangkau oleh segenap anggota masyarakat. Sasaran umum program ini adalah tersedianya pelayanan kesehatan dasar (pelayanan kesehatan masyarakat yang dilaksnakan di puskesmas) dan rujukan (pelayana kesehatan lanjutan yang dilaksanakan di rumah sakit) baik pemerintah maupun swasta yang didukung oleh peran serta masyarakat dan sistem pembiayaan praupaya (dana jaminan kesehatan). Perhatian utama diberikan pada pengembangan upaya kesehatan yang mempunyai daya ungkit tinggi terhadap peningkatan derajat kesehatan sesuai masalah setempat.





Tujuan khusus program ini adalah :
1. Mencegah terjadinya dan tersebarnya penyakit menular sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.
2. Menurunkan angka kesakitan (mordibitas), kematian (mortalitas), dan kecacatan (disability) dari penyakit menular dan penyakit tidak menular termasuk kesehatan gigi.
3. Meningkatkan dan memperluas jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan dasar.
4. Meningkatkan dan memantapkan mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan, dan penunjangnya agar efisisen dan efektif.
5. Meningkatkan penggunaan obat rasonal dan cara pengobatan tradisional yang aman dan bermanfaat baik secara tersendiri maupunterpadu dalam jaringan pelaanan kesehatan paripurna.
6. Meningkatkan status kesehatan reproduksi bagi wanita usia subur termasuk anak, remaja, ibu hamil, dan ibu menyusui.
7. Meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan manusia dalam menghadapi kondisi matra (lingkungan khas) yang berubah secara bermakna sehingga tetap dapat bertahan dalam kehidupan serta mampu mengatasi permasalahan secara mandiri.
8. Menghindarkan manusia dan lingkungannya dari dampak bencana yang terjadi baik akibat ulah manusia maupun alam, melalui upaya-upaya survailans epidemiologi, pencegahan, dan penanggulangan bencana yang dilakukan secara terpadu, dengan peran serta masyarakat secara terpadu, dengan peran masyarakat secara aktif.
9. Mengembangkan pelayanan rehabilitasi bagi kelompok yang memerlukan pelayanan khusus.
10. Meningkatkanpelayanan kesehatan bagi kelompok lanjut usia.


Sasaran yang ingin dicapai oleh program ini adalah :
1. Menurunnya angka kesakitan penyakit demam berdarah dengue (DBD) menjadi kurang dari 5 per 100.000 penduduk; angka kesakitan malaria menurun 75 persen dari kondisi tahun 2000; angka kesembuhan penyakit tuberculosis (TB) paru lebih dari 85 persen; prevalensi human immunodeficiency virus (HIV) kurang dari 1 persen; angka kematian pneumonia balitamenurun menjadi 3 per 1.000 balita; angka kematian diare pada balita menurun menjadi 1,25 per 1.000 balita; eliminasi penyakit kusta; pencapaian universal child immunization (UCI) 90 persen; dan eradikasi polio; serta mencegah masuknya penyakit-penyakit baru seperti Ebola, dan radang otak.
2. Menurunnya kejadian penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, stroke, gangguan mental, dan kematian akibat kecelakaan.
3. Meningkatnya rasio tenaga dan fasilitas pelayanan kesehatan dibanding penduduk, terjangkaunya 90 persen masyarakat di daerah rawan kesehatan leh pelayanan kesehatan,dan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan.
4. Meningkatnya persentase fasilitas pelaanan kesehatan dasar dan rujukan yang memenuhi standar baku mutu (quality assurance), dan meningkatnya kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
5. Meningkatnya penggunaan obat secara rasional.
6. Meningkatnya cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan menjadi 75 persen; cakupan penanganan komplikasi kasus obstetric minimal 12 persen dari seluruh persalinan; cakupan pembinaan kesehatan balita dan anak usia prasekolah menjadi 80 persen; cakupan pelayanan antenatal, postnatal, dan neonatal menjadi 90 persen.
7. Menurunnya angka kematian akibat perubahan kondisi matra seperti angka kematian jemaah haji dan pengungsi.
8. Berkembangnya system kewaspadaan dini kejadian luar biasa (KLB), pencegahan dan penanggulangan bencana secara terpadu dan melibakan peran aktif masyarakat.
9. Berkembangnya pelayanan kesehatan rehabilitasi bagi kelompok penderita kecacatan dan pelayanan ksehatan bagi kelompok lanjut usia.

Kegiatan pokok yang tercakup dalam program upaya kesehatan adalah :
1. Meningkatkan pemberantasan penyakit menular dan imunisasi.
2. Meningkatkan upaya pemberantasan penyakit tidak menular
3. Meningkatkan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan yang terdiri atas pelayanan kesehatan dasar dan pelayanankesehatan rujukan.
4. Meningkatkan pelayanan kesehatan penunjang.
5. Membina dan mengembangkan pengobatan tradisional.
6. Meningkatkan pelayanan kesehatan reproduksi.
7. Meningkatkan pelayanan kesehatan matra.
8. Mengembangkan system surveilans epidemiologi.
9. Melaksanakan penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan.


1.3. Program Perbaikan Gizi Masyarakat

Tujuan umum program ini adalah meningkatkan intelektualitas dan produktifitas sumber daya manusia, sedangkan tujuan khusus adalah :
1. Meningkatkan kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan status gizi
2. Meningkatkan pelayanan gizi untuk mencapai keadaan gizi yang baik untuk menurunkan prevalensi gizi kurang dan gizi lebih, dan
3. Meningkatkan penaganekaragaman konsumsi pangan bermutu untuk memantapkan ketahan pangan tingkat rumah tangga.

Sasaran yang ingin dicapai adalah :
1. Menurunkan prevalensi gizi kurang pada balita menjadi 20 %
2. Menurunnya prevalensi gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) berdasarkan total goitre rate (TGR) pada anak menjadi kurang dari 5 %.
3. Menurunnya anemia gizi besi pada ibu hamil menjadi 40 % dan kurang energi kronis (KEK) ibu hamil menjadi 20 %
4. Tidak ditemukannnya kekurangan vitamin A (KVA) klinis pada balita dan ibu hamil
5. Mencegah meningkatnya prevalensi gizi lebih, menjadi kurang dari 10 %
6. Menurunnya prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR)
7. Meningkatnya jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi garam beryodium menjadi 90%
8. Meningkatnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif menjadi 80 %
9. Meningkatnya pemberian makanan pendamping (MP)-ASI yang baik mulai usia bayi 4 bulan
10. Tercapainya konsumsi gizi seimbang dengan rata-rata konsumsi energi sebesar 2.200 kkal perkapita perhari dan protein 50 gram perkapita perhari
11. Sekurang-kurangnya 70 persen keluarga telah sadar gizi.

Kegiatan pokok yang tercakup dalam program ini adalah :
1. Meningkatkan penyuluhan gizi masyarakat
2. Menanggulangi gizi kurang dan menekan kejadian gizi buruk pada balita serta menanggulangi KEK pada wanita usia subur termasuk ibu hamil dan ibu nifas
3. Menanggulangi GAKY
4. Menanggulangi anemia gizi besi (AGB)
5. Menanggulangi KVA
6. Meningkatkan penanggualngan kekurangan gizi mikro lainnya (misalnya calsium, zinc, dan lain-lain)
7. Meningkatkan penanggulangan gizi lebih
8. Melaksanakan fortifikasi dan keamanan pangan dan gizi
9. Memantapkan pelaksanaan sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG)
10. Mengembangkan dan membina tenaga gizi
11. Melaksanakan penelitian dan pengembangan gizi
12. Melaksanakan perbaikan gizi institusi (misalnya sekolah, RS, perusahaan, dan lain-lain)
13. Melaksanakan perbaikan gizi akibat dampak sosial, pengungsian, dan bencana alam.

1.4. Program Sumber Daya Kesehatan

Program ini bertujuan untuk
1. Meningkatkan jumlah, mutu, dan penyebaran tenaga kesehatan.
2. Meningkatkan jumlah, efektivitas, dan efisiensi penggunaan biaya kesehatan.
3. Meningkatkan ketersediaan sarana, prasarana, dan dukungan logistik pada sarana pelayanan kesehatan yang semaikn merata, terjangkau, dan dimanfaatkan oleh masyarakat.

Sasaran umum program ini adalah :
1. Terdapatnya kebijakan dan rancana pengembangan tenaga kesehatan dari masyarakat dan pemerintah disemua tingkat.
2. Meningkatnya pendayagunaan tenaga kesehatan yang ada dan pengembangan pembinaan karier seluruh tenaga kesehatan.
3. Meningkatnya fungsi lembaga pendidikan dan pelatahan tenaga kesehatan yang mengutamakan pengembangan peserta didik dalam rangka meningkatkan profesionalisme.
4. Meningkatnya persentase penduduk yang menjadi peserta system pemeliharaan kesehatan dengan pembiayaan praupaya.
5. Meningkatnya jumla bada usaha yang menyelenggarakan upaya system pembiayaan praupaya.
6. Tersedianya jaringan pemberi pelayanan kesehatan paripurna yang bermutu, baik pemerintah maupun swasta, sesuai dengan kebutuhan system pembaiayaan praupaya.
7. Meningkatnya jumlah unit jaringan pelayanan dokter keluarga sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan system pembiayaan praupaya yang menyelenggarakan pelayanan paripurna dan bermutu.
8. Tersedianya peralatan kesehatan baik medis maupun nonmedis yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
9. Tersedianya perbekalan kesehatan yang memadai baik jenis maupun jumlahnya, yang sesuai dengan permasalahan setempat dan kebutuha masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.


Kegiatan yang tercakup dalam program sumber daya kesehatan adalah :

1. Meningkatkan perencanaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan.
2. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan.
3. Mengembangkan system pembiayaan praupaya.
4. Mengembangkan sarana, prasarana, dan dukungan logistik pelayanan kesehatan.


1.5. Program Obat, Makanan, dan Bahan Berbahaya

Program ini bertujuan untuk :
1. Melindungi masyarakat dari bahaya penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat, narkotika, psikotropika, zat adiktif (NAPZA), dan bahan berbahaya lainnya.
2. Melindungi masyarakat dari penggunaan sediaan farmasi, makanan dan alat kesehatan (farmakes) yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan
3. Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan Pemerataan obat yang bermutu yang dibutuhkan masyarakat ; dan
4. Meningkatkan potensi daya saing industri farmasi terutama yang berbasis sumber daya alam dalam negeri.

Sasaran yang akan dicapai oleh program ini adalah
1. Terkendalinya penyaluran obat dan NAPZA
2. Terhindarnya masyarakat dari penyalahgunaan dan kesalahgunaan obat dan NAPZA
3. Dicegahnya risiko atau akibat samping penggunaan bahan kimia berbahaya sebagai pengelolaan yang tidak memenuhi syarat
4. Terjaminnya mutu produk farmasi dan alat kesehatan yang beredar
5. Terhindarnya masyarakat dari informasi penggunaan farmakes yang tidak objektif dan menyesatkan
6. Tercapainya tujuan medis penggunaan obat secara efektif dan aman sekaligus efisiensi pembiayaan obat
7. Diterapkannya petunjuk pengaturan produk farmakes (good regulatory practice)
8. Diterapkannya petunjuk pengelolaan produk farmakes (good management practice) melalui peningkatan pelayanan perizinan/registrasi yang professional dan tepat waktu ;
9. Terakuinya kemampuan pengujian Pusat Pemeriksaan Obat dan Makanan (PPOM)/Balai Pemeriksaan Obat dan Makanan (BPOM) dalam system akreditasi internasional
10. Meningkatnya potensi daya saing industri farmasi nasional menghadapi globalisasi ;
11. Terjaminnya mutu sarana cara produksi obat yang baik (CPOB), pengadaan dan penyaluran produk farmakes yang beredar
12. Terjaminnya kecukupan obat esensial generic bagi pelayanan kesehatan dasar di sector publik ; dan
13. Terjaminnya mutu pengelolaan obat di kabupaten/kota dalam rangka desentralisasi.

Kegiatan pokok yang tercakup dalam program ini adalah
1. Meningkatkan pengamanan bahaya penyalahgunaan dan kesalahan obat, narkotika, psikotropika, zat adiktif, dan bahan berbahaya yang lain
2. Meningkatkan pengamanan dan pengawasan makanan dan bahan tambahan makanan (BTM)
3. Meningkatkan pengawasan obat, obat tradisional, kosmetika dan alat kesehatan termasuk pengawasan terhadap promosi/iklan
4. Meningkatkan penggunaan obat rasional
5. Menerapkan obat esensial
6. Mengembangkan obat asli indonesia
7. Membina dan mengembangkan industri farmasi
8. Meningkatkan mutu pengujian laboratorium pengawasan obat dan makanan (pom);
9. Mengembangkan standar mutu obat dan makanan
10. Mengembangkan system dan layanan informasi pom.

1.6. Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan

Untuk penyelenggaraan upaya kesehatan sesuai dengan tujuan, kebijakan, dan strategi yang telah ditetapkan dibutuhkan kebijakan dan manajemen sumber daya yang efektif dan efisien didukung dengan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan sehigga dapat tercapai pelayanan kesehatan yang merata dan berkualitas. Sumber daya tersebut terdiri atas sumber daya tenaga, pembiayaan, fasilitas, ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi. Sumber daya yang mendukung tercapainya tujuan, kebijakan, dan strategi tersebut berasal dari pemerintah dan masyarakat termasuk swasta.

Sasaran yang akan dicapai oleh program ini adalah
1. Terciptanya kebijakan kesehatan yang menjamin tercapainya system kesehatan yang efisien, efektif, berkualitas, dan berkesinambungan
2. Terciptanya kebijakan kesehatan yang mendukung reformasi bidang kesehatan
3. Tersedianya sumber daya manusia di bidang kesehatan yang mampu melakukan berbagai kajian kebijakan kesehatan
4. Berjalannya system perencanaan kesehatan melalui pendekatan wilayah dan sektoral dalam mendukung desentralisasi
5. Terciptanya organisasi dan tata laksana di berbagai tingkat administrasi sesuai dengan asas desentralisasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik
6. Tertatanya administrasi keuangan dan perlengkapan yang efisien dan fleksibel di seluruh jajaran kesehatan
7. Terciptanya mekanisme pengawasan pengendalian diseluruh jajaran kesehatan
8. Tersusunnya berbagai perangkat hokum di bidang kesehatan secara menyeluruh
9. Terlaksananya inventarisasi, kajian dan analisis secara akademis seluruh perangkat hokum yang berkaitan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan
10. Tersedianya perangkat hokum guna dilaksanakannya proses legislasi dan mitigasi dalam penyelesaian konflik hokum bidang kesehatan
11. Tersedianya informasi kesehatan yang akurat, tepat waktu, dan lengkap sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan dalam pengelolaan pembangunan kesehatan, serta menyediakan informasi untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan meningkatkan kewaspadaan di semua tingkat administrasi; dan
12. Tersusunnya kebijakan dan konsep pengelolaan program kesehatan untuk mendukung desentralisasi.

Kegiatan pokok yang tercakup dalam program kebijakan dan manajemen kesehatan adalah
1. Mengembangkan kebijakan program kesehatan
2. Mengembangkan manajemen pembangunan kesehatan
3. Mengembangkan hukum kesehatan, termasuk penyempurnaan ruu tentang jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat serta ruu tentang praktek kedokteran
4. Mengembangkan system informasi kesehatan
5. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan.



1.7. Program Pengembangan Potensi Kesejahteraan Sosial

Potensi kesejahteraan sosial mencakup perorangan, keluarga, kelompok masyarakat, dan lembaga /organisasi pelayanan sosial yang memiliki dan memanfaatkan kemampuannya dalam mengembangkan taraf kesejahteraan sosial bagi diri, keluarga, dan lingkungannya, serta bagi mereka yang masih mengalami permasalahan dalam memelihara, memperbaiki, dan meningkatkan taraf kesejahteraan sosialnya. Selain itu, potensi kesejahteraan sosial juga mencakup nilai-nilai yang konstruktif, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Tujuan program ini adalah untuk mengembangkan kesadaran, kemampuan, tanggung jawab, dan peran aktif masyarakat dalam menangani permasalahan sosial di lingkungannya, serta memperbaiki kualitas hidup, dan kesejahteraan penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Sasaran kinerja program ini adalah
1. Terpenuhinya hak-hak anak untuk tumbuh kembang
2. Terlindunginya anak, lanjut usia, dan perempuan dari tindak kekerasan, eksploitasi, dan perlakuan salah.
3. Tersedianya pelayanan sosial dan kemudahan untuk mengakses fasilitas umum bagi penduduk lanjut usia, veteran, dan penyandang cacat
4. Meningkatnya kemampuan penyandang cacat agar dapat melakukan fungsi sosialnya secara layak dan menjadi sumber daya manusia yang produktif
5. Terlindunginya hak-hak penyandang cacat ganda untuk hidup secara wajar
6. Terpeliharanya nilai-nilai kearifan penduduk lanjut usia dan veteran secara berkesinambungan pada generasi muda dan masyrakat umum
7. Pulih, terbebas, dan berdayanya anak nakal dan korban narkotika dari kenakalan dan penyalahgunaan narkoba
8. Pulihnya kemauan dan kemampuan tuna susila untuk melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
9. Mandirinya fakir miskin dan kelompok rentan sebagai sumber daya produktif
10. Meningkatnya kemampuan masyarakat termasuk dunia usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam penyelamatan penyandang masalah sosial, korban akibat bencana, termasuk korban kerusuhan sosial, dan warga masyarakat yang bermukim di daerah rawan bencana
11. Meningkatnya pendayagunaan potensi dan sumber sumber sosial masyarakat, yang meliputi tenaga kesejahteraan sosial masyarakat (TKSM), relawan sosial, organisasi sosial, lembaga swadaya masyarakat (LSM), karang taruna, lembaga perlindungan sosial kemasyarakatan lainnya, sumbangan sosial masyarakat, dan dunia usaha dalam mencegah dan menangani permasalahan sosial serta memperpaiki kualitas hidup dan kesejahteraan penyandang masalah social
12. Meningkatnya kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan narkoba
13. Dikembangkannya program jaminan, perlindungan, dan asuransi sosial.

Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan dalam program ini adalah:
1. Memberdayakan anak terlantar termasuk anak jalanan
2. Menyebarkan informasi tentang hak-hak anak serta perlindungan sosial bagi anak perempuan dan lanjut usia yang diperlakukan salah
3. Menetapkan peraturam perundang-undangan dan menyediakan kemudahan akses pelayanan sosial dan fasilitas umum bagi lanjut usia, veteran dan penyandang cacat
4. Memberikan santunan bagi lanjut usia dan veteran
5. Melakukan rehabilitasi dan perlindungan sosial bagi penyandang cacat
6. Melakukan rehabilitasi sosial bagi anak nakal dan korban penyalahgunaan narkotika
7. Melakukan rehabilitasi sosial bagi tuna social
8. Memberdayakan perempuan rawan sosial ekonomi, keluarga miskin, dan komunitas adat terpencil
9. Memberikan bantuan bagi korban bencana baik bencana alam maupun akibat ulah manusia
10. Meningkatkan jumlah dan kemampuan TKSM, relawan sosial, organisasi sosial kemasyarakatan, LSM, karang taruna, organisasi kepemudaan, lembaga-lembaga perlindungan sosial, lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan, dan kelompok-kelompok tingkat local
11. Melakukan penyuluhan sosial bagi masyarakat dan dunia usaha
12. Memberikan penghargaan bagi pihak-pihak yang aktif menyelenggarakan pelayanan social
13. Meningkatkan sumbangan sosial masyarakat
14. Mengembangakan program jaminan, perlindungan, dan asuransi kesejahteraan sosial. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan daerah.

1.8. Program Peningkatan Kualitas Manajemen dan Profesionalisme Pelayanan Sosial


Program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan profesionalisme pelayanan sosial melalui pengembangan alternatif-alternatif intervensi di bidang kesejahteraan sosial, peningkatan kemampuan dan kompetensi pekerja sosial dan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat, serta penetapan standardisasi dan legislasi pelayanan sosial.

Sasaran kinerja program ini adalah
1. Terumuskannya alternatif intervensi pelayanan social
2. Meningkatnya kemampuan dan kompetensi pekerja sosial dan tenaga kesejahteraan sosial masyarakat
3. Meningkatnya pendayagunaan tenaga-tenagaterdidik dan terlatih dalam menyelenggarakan pelayanan social
4. Tersedianya data dan informasi kesejahteraan sosial; dan
5. Terumuskannya standardisasi legislasi pelayanan sosial.



Kegiatan pokok yang akan dilakukan adalah
1. Melakukan penelitian dan pengembangan kesejahteraan social
2. Melakukan perencanaan, pendayagunaan, pelatihan, dan pendidikan tenaga kesejahteraan social
3. Menyusun standardisasi pelayanan social
4. Meningkatkan kualitas tenaga dan lembaga pelayanan social
5. Mengembangkan sistem informasi kesejahteraan social
6. Mengembangkan sistem legislasi kesejahteraan sosial.
Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan daerah.


1.9. Program Pengembangan Keserasian Kebijakan Publik dalam Penanganan Masalah-masalah Sosial

Program ini bertujuan untuk mewujudkan keserasian kebijakan publik dalam penanganan masalah-masalah sosial ke arah terwujudnya ketahanan sosial masyarakat dan terlindunginya masyarakat dari dampak penyelenggaraan pembangunan dan perubahan sosial yang cepat melalui wadah jaringan kerja. Sasaran kinerja program adalah terumuskannya dan terlaksananya kebijakan penanganan masalah-masalah sosial dalam keselarasan antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui wadah jaringan kerja.

Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan adalah:
1. Melakukan identifikasi dan inventarisasi data dan informasi mengenai masalah-masalah social
2. Melakukan pengkajian dan analisis data dan informasi mengenai masalah-masalah social
3. Merumuskan besaran masalah dalam penanganan masalah-masalah social
4. Melakukan pengkajian kebijakan publik dalam penanganan masalah-masalah social
5. Menyampaikan rekomendasi kebijakan publik pada instansi yang terkait
6. Merumuskan kebijakan publik dalam penanganan masalah-masalah social
7. Melaksanakan kebijakan publik dan melakukan sosialisasi kebijakan publik dalam penanganan masalah-masalah social
8. Melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan publik dalam penanganan masalah-masalah sosial.
.

1.10 Program Pengembangan Sistem Informasi Masalah-masalah Sosial

Program ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis data dan informasi yang diperlukan untuk bahan penentuan kebijakan masalah-masalah sosial, membangun sistem informasi yang diperlukan sebagai alat peringatan dini, dan meningkatkan fungsi dan koordinasi jaringan informasi kelembagaan dalam upaya pembentukan keterpaduan pengendalian masalah-masalah sosial. Tujuan lain program ini adalah untuk menyediakan data dan informasi yang benar dan bertanggung jawab kepada masyarakat dan dunia usaha tentang:

1. Perkembangan masalah menyangkut aspek sosial, politik, ekonomi, dan budaya
2. Modal sosial yang dimiliki masyarakat dan dunia usaha serta sumber daya ekonomi; dan
3. Perkembangan masalah-masalah sosial itu sendiri. Data dan informasi tersebut dapat didayagunakan untuk pemberdayaan masyarakat dalam rangka penanganan masalah-masalah sosial.

Sasaran kinerja program adalah
1. Tersusunnya sistem pengelolaan data dan informasi masalah-masalah social
2. Terwujudnya mekanisme penyelenggaraan sistem informasi masalah-masalah sosial;
3. Terwujudnya mekanisme penyelenggaraan sistem informasi masalah-masalah sosial; dan
4. Teridentifikasinya berbagai indikator strategis masalah-masalah sosial.

Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan adalah
1. Mengembangkan sistem informasi masalah social
2. Membangun pusat informasi dan layanan masyarakat
3. Melakukan pengkajian masalah laten bangsa.


1.11. Program Pengembangan dan Keserasian Kebijakan Kependudukan

Program ini bertujuan untuk mewujudkan keserasian kebijakan kependudukan diberbagai bidang pembangunan. Sasaran kinerja program ini adalah:

1. Terumuskannya dan terlaksananya kebijakan kependudukan bagi peningkatan kualitas, pengendalian pertumbuhan dan kuantitas, pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk yang serasi dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan, serta pengembangan informasi dan administrasi kependudukan; dan
2. Terumuskannya dan terlaksananya kebijakan kependudukan yang serasi antara kebijakan kependudukan nasional dengan kebijakan kependudukan daerah dan wilayah.

Kebijakan pokok yang akan dilaksanakan melalui program ini adalah
1. Melakukan pengkajian, pengembangan, dan penyediaan data dan informasi kependudukan yang akurat setiap saat dan lengkap serta menggambarkan karakteristik penduduk baik pada tingkat makro maupun mikro
2. Melakukan pengkajian kebijakan pembangunan kependudukan dalam aspek kuantitas, kualitas, dan mobilitas
3. Melakukan pengkajian dan penyempurnaan peraturan perundang-undangan yang mengatur perkembangan dan dinamika kependudukan yaitu kuantitas, kualitas, dan mobilitas penduduk di semua tingkat wilayah administrasi
4. Melakukan pengkajian dan pengembangan kebijakan dan pranata hukum tentang informasi dan administrasi kependudukan, termasuk registrasi penduduk
5. Melakukan advokasi dan sosialisasi kebijakan kependudukan
6. Melakukan promosi cara-cara untuk menjadi penduduk yang berkualitas sejak usia dini sampai lanjut usia
7. Meningkatkan jumlah tenaga peneliti kependudukan yang berkualitas.


1.12. Program Pemberdayaan Keluarga

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat. Meningkatnya kesejahteraan keluarga antara lain ditandai oleh meningkatnya kesadaran dan kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan dasar, sosial dan psikologis anggotanya baik laki-laki mapun perempuan. Selain itu, kesejahteraan keluarga juga dicerminkan oleh meningkatnya peran perempuan, terutama ibu dalam proses pengambilan keputusan di tingkat keluarga. Meningkatnya ketahanan keluarga antara lain ditunjukkan oleh kemampuan keluarga dalam menangkal pengaruh budaya asing yang negatif bagi anggotanya serta dalam mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan NAPZA oleh anggotanya.

Sasaran kinerja program ini adalah
1. Menurunnya jumlah keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan rohani, pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan termasuk keluarga berencana
2. Meningkatnya jumlah keluarga yang dapat mengakses informasi dan sumber daya ekonomi bagi peningkatan kesejahteraan keluarganya
3. Meningkatnya kemampuan keluarga dalam pengasuhan dan penumbuhkembangan anak; dan
4. Menurunnya disharmoni dan tindak kekerasan dalam keluarga.

Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan melalui program ini adalah:
1. Menyelenggarakan pelayanan advokasi, komunikasi, informasi, edukasi (KIE) dan konseling
2. Melakukan pengembangan pengetahuan, ketrampilan, dan kewirausahaan bagi keluarga terutama keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar.
3. Menyelenggarakan pelayanan pemberdayaan keluarga khususnya bagi keluarga yang memiliki balita dan remaja.


1.13. Program Kesehatan Reproduksi Remaja

Program ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku posistif remaja tentang kesehatan reproduksi dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan reproduksinya dan mempersiapkan kehidupan keluarga guna mendukung upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. sasaran utama kinerja program ini adalah:
1. Menurunnya jumlah penduduk yang melangsungkan perkawinan pada usia remaja.
2. Meningkatnya pemahaman dan upaya masyarakat, keluarga dan remaja terhadap reproduksi bagi remaja.
3. Menurunnnya jumlah kehamilan pada usia remaja.
4. Menurunnya kejadian kehamilan pranikah, dan
5. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku positif remaja dalam hal penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS.

Kegiatan pokok yang akan dilaksnakan dalam program ini baik yang melalui jalur sekolah maupun luar sekolah adalah:
1. Melakukan promosi kesehatan reproduksi remaja baik yang bersifat pencegahan maupun penanggulangan.
2. Melakukan advokasi, KIE dan konseling kesehatan reproduksi remaja bagi remaja, keluarga dan masyarakat.
3. melakukan promosi pendewasaan usia kawin.


1.14. Program Keluarga Berencana.

Program KB bertujuan untuk memenuhi permintaan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas serta mengendalikan angka kelahiran yang pada akhirnya meningkatkan kualitas penduduk dan mewujudkan keluarga-keluarga kecil kecil berkualitas. Sasaran utama kinerja program KB adalah:
1. Menurunnnya pasangan usia subur (PUS) yang ingin ber KB namun tidak terlayaninya KB (unmet need) menjadi sekitar 6,5 %.
2. Meningkatnya partisipasi laki-laki- dalam ber-KB menjadi sekitar 8 persen, dan
3. menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi 2,4 % per perempuan.

Kegiatan pokok program ini adalah
1. Melakukan advokasi serta KIE KB
2. Meningkatkan kualitas pelayanan kontrasepsi
3. Memberikan jaminan dan perlindungan pemakai kontrasepsi
4. Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
5. Melakukan promosi dan pemenuhan hak-hak dan kesehatan reproduksi.
Keseluruhan kegiatan tersebut didukung oleh kegiatan seperti melakukan pelatihan dan penelitian, serta mengembangkan sistem informasi manajemen.


1.15. Program penguatan Kelembagaan dan Jaringan KB.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian dan sekaligus meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kB dan kesehatan reproduksi, terutama yang diselenggrakan oleh masyarakat. sasaran utama kinerja program ini adalah :
1. Meningkatkan jumlah PUS yang ber KB secara mandiri.
2. Meningkatnya cakupan dan mutu pelyanan KB dan kesehatan reproduksi yang diselenggarakan oleh masyarakat, dan
3. Meningkatnya jumlah lembaga yang secara mandiri menyelenggarakan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.
Kegiatan pokok program ini adalah :
1. Melakukan pelatihan dan bimbingan pelayanan manajemen KB dan kesehatan reproduksi bagi institusi dan lembaga berbasiskan masyrakat yang menyelenggarakan penyelenggaraan KB.
2. Menyediakan dan menyelenggarakan pertukaran informasi tentang KB dan kesehatan reproduksi.
3. Melakukan pelatihan dan kerjasama internasional di bidang KB dan kesehatan reproduksi.
4. Melakukan promosi kemandirian ber-KB

Thursday, May 14, 2009

Perspektif Pangan Masa Depan

Oleh:
Edy Ramly Sitanggang & Burhan J E Marbun
Sumber : http://www.sinarharapan.co.id/berita/0109/26/opi02.html
Dalam pengertian umum ketahanan pangan adalah adanya jaminan bahwa kebutuhan pangan dan gizi setiap penduduk adalah sebagai syarat utama dalam mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan yang tercukupi. Dari pemahaman tersebut, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal yang mempengaruhi ketahanan pangan, yakni tersedia atau tidaknya pangan, lapangan pekerjaan dan pendapatan.
Kondisi persediaan yang cukup atau tidak di pasar, berpengaruh pada harga pangan. Bagi keluarga yang tidak bekerja atau berpenghasilan rendah, kenaikan harga pangan dapat mengancam ketahanan pangan rumah tangganya . Jika suatu pembangunan berorientasi pada peningkatan kualitas SDM, maka pengaturan keseimbangan dan keserasian antara sistem pangan, ( produksi, distribusi dan pemasaran) dan kebijakan di bidang sosial yaitu penanggulangan kemiskinan, pendidikan, kesehatan dan gizi dan lain lain haruslah diperhatikan secara serius.
Ketersediaan pangan dalam rumah tangga sangat tergantung pada hasil pertaniannya (bagi yang mengusahakan lahan) dan dari apa yang dibeli di pasar (bagi yang memiliki daya beli). Pembelian jenis-jenis pangan di pasar dipengaruhi oleh pengetahuan rumah tangga dalam hal pangan dan gizi, kebiasaan makan dan nilai-nilai budaya yang dianut rumah tangga. Ini berat walaupun rumah tagga memiliki daya beli yang cukup dan pangan yang juga tersedia, namun bila pengetahuan pangan dan gizinya masih rendah maka akan sulit bagi rumah tangga yang bersangkutan untuk dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya baik secara kuantitas maupaun kualitas.
Konsep ketahanan pangan nasional merupakan jawaban yang tepat untuk memperbaiki kinerja dalam menghasilkan kondisi ideal pangan di masa depan. FAO (1996) mendefinisikan ketahanan pangan sebagai situasi dimana setiap orang pada setiap saat secara fisik dan ekonomis memiliki akses pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk untuk dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan seleranya bagi kehidupan yang aktif dan sehat.
Ada tiga kunci indikator keberhasilan ketahanan pangan yakni : ketersediaan Pangan, jangkauan pangan, kehandalan dan ketersediaan maupun jangkauan pangan tersebut. Oleh karena itu kebijakan penyediaan pangan dalam rangka pemantapan ketahanan pangan nasional haruslah meliputi 2 bidang dan dilaksanakan dengan paduan harmonis yakni : Pengadaan pangan nasional dan distribusi pangan nasional (penyediaan pangan ditingkat rumah tangga.). secara keseluruhan, ketahanan pangan tersebut mencakup tiga dimensi yang saling terkait satu sama lain dan harus dipenuhi secara komfrehensif yakni: dimensi produksi, dimensi konsumsi dan dimensi distribusi.
Sistem penyediaan pangan haruslah memenuhi lima karakteristik dasar: kapasitas, yakni kemampuan menghasilkan, mengimpor dan menyimpan makanan pokok dalam jumlah yang cukup guna memenuhi kebutuhan semua penduduk; pemerataan, yakni kemampuan menjamin dan mendistribusikan makanan pokok sehingga tersedia dalam rumah tangga; kemandirian; yakni kemampuan menjamin kebutuhan ketersediaan makanan pokok dengan mengandalkan kekuatan sendiri, sehingga ancaman fluktuasi pasar dan tekanan politik internasional dapat ditekan seminimal mungkin; kehandalan, yakni kemampuan meredam dampak variasi musiman siklus tanaman sehingga kecukupan ketersediaan pangan dapat terjamin setiap saat; keberlanjutan, yakni kemampuan menjaga keberlanjutan kecukupan ketersediaan pangan dalam jangka panjang tanpa merusak lingkungan hidup.
Secara teoritis ada dua macam ancaman ketahanan pangan yaitu ancaman kronis dan ancaman peralihan. Dalam prakteknya keduanya saling tumpang tindih. Ancaman ketahanan pangan kronis adalah keadaan kekurangan pangan yang terus-menerus akibat kurang adanya akses terhadap pangan, baik melalui pasar maupun keadaan produksi itu sendiri. Hal ini meimpa orang-orang miskin yang berdaya beli rendah. Ancaman ketahanan pangan peralihan adalah kekurangan pangan akibat gejolak sementara yang membuat akses pangan terganggu, misalnnya karena kenaikan harga, bencana yang menimbulkan kesulitan pangan, penurunan produksi dan stok pangan.
PBB yang dalam berbagai lembaganya selalu memonitor ketahanan pangan di berbagai negara. Meskipun di awal-awal pembangunan jangka panjang (PJP) I beberapa daerah di Jawa dan Indonesia bagian timur sering mengalami ancaman ketahanan pangan, namun daftar yang disusun IFPRI (International Food Policy Research Institute) di Washington DC 1970-1991, menunjukan bahwa Indonesia tidak termasuk yang berat tingkat ancaman ketahanan pangannya.
Dari sudut tingkat konsumsi kalori (1972-1983), yakni sebelum swasembada, Indonesia termasuk yang rendah tingkat fluktuasi ketahanan pangannya tinggi dan tingkat konsumsi kalori rata-rata rendah. Keadaan ini berubah lebih baik sejak 1983. Indikator ancaman ketahanan pangan menrut IFPRI antara lain adalah rumah tangga dengan anak yang banyak, rumah tangga yang mengutamakan makanan pokok sumber energi dari pada makanan lainnya sehingga mereka rawan terhadap kekurangan gizi mikro, dan rumah tangga yang tinggal di desa terpencil atau belum terjamah pembangunan.
Keadaan ketidaktahanan pangan rumah tangga dapat dicerminkan dari buruknya status gizi anggota rumah tangganya. Anak Balita yang kekurangan gizi dengan mudah bisa dilihat dari berat badannya yang tidak sesuai dengan standart umurnya. Status gizi kurang bila diperburuk oleh kesehatan lingkungan rumah tangga yang kurang memadai, dapat meningkatkan angka kesakitan akibat infeksi. Situasi ketidak tahanan pangan rumah tangga juga dapat ditandai oleh adanya perubahan-perubahan sosial seperti semakin banyaknya anggota masyarakat yang menggadaikan barangnya, bertambahnya rumah tangga yang pergi keluar daerahnya untuk mencari pekerjaan dan lain-lain.
Tercukupnya konsumsi pangan merupakan syarat mutlak terwujudnya ketahanan pangan rumah tangga. Ketidaktahanan pangan rumah dapat digambarkan dari perubahan konsumsi pangan yang mengarah kepada penurunan kuantitas dan kualitas termasuk perubahan frekuensi konsumsi makanan pokok. Angka riil kuantitas pangan harus dibandingkan dengan angka kecukupan gizi yang dianjurkan untuk mengetahui cukup tidaknya gizi.
Selain konsumsi pangan, informasi mengenai status ekonomi, sosial dan demografi seperti pendapatan, pendidikan, struktur anggota keluarga, pengeluaran pangan dan sebagainya dapat digunakan sebagai indikator resiko terhadap ketidaktahanan pangan rumah tangga. Ketahanan pangan sifatnya multi dimensi sehingga indikatornya juga banyak. Ketahanan pangan nasional dapat diketahui dari jumlah pangan yang tersedia dan jumlah yang dibutuhkan, hal ini dapat di pantau melalui Neraca Bahan Makanan. Sedangkan untuk mengetahui ketahanan pangan dapat dilakukan Pengukuran Pola Pangan Harapan (PPH).
PPH ditetapkan dengan berpatokan pada syarat kecukupan gizi, adanya konsumsi keanekaragaman pangan dan kontribusi masing-masing bahan pangan. Skor PPH ditentukan dengan melihat bobot kontribusi energi dari bahan pangan. Pada tahun 1993, diketahui skor PPH adalah 72,1. Diakhir Pelita X (Tahun 2018) diharapkan skor tersebut mencapai 93,0 (sokr maksimal 100). Swasembada adalah aspek lain yang memiliki pengaruh terhadap pemeliharaan ketahanan pangan. Swasembada merupakan upaya untuk memenuhi ketersediaan pangan secara cukup dengan bertumpu pada pemanfaatan sumber daya dalam negeri/setempat secara maksimal. Secara nasional maupun daerah, kita memiliki sumber daya alam, manusia dan teknologi yang harus diinventarisasikan dan dikaji kemampuannya untuk menghasilkan pangan yang diperlukan oleh seluruh penduduk dalam memenuhi konsumsinya.
Apabila dengan pemanfaatan sumber daya yang sudah maksimal ternyata tidak cukup, maka tidak ada alternatif lain kecuali mendatangkan dari negara lain (impor). Namun demikian impor tersebut harus tetap dilihat sebagai lengkap.
Bagaimanapun juga swasembada pangan secara absolut dalam arti memenuhi kebutuhan pangan sesuai dengan Pola Pangan Harapan (PPH) dari produksi dalam negeri sendiri adalah sulit. Dalam era globalisasi, yang kita kembangkan adalah konsep kemandirian pangan yang mengandung arti kemampuan untuk menyediakan pangan dari dalam negeri dan kemampuan mengimpornya kalau diperlukan. Ketersediaan pangan di sektor makro tidak selalu menjamin tiada masalah pada level mikro, yaitu rumah tangga . Kesenjangan distribusi pangan di tingkat rumah tangga, meski ketersediaan mencukupi, dapat berdampak buruk pada anggota-anggota keluarga yang rawan gizi (anak balita, wanita hamil dan menyusui).
Faktor-faktor sosial budaya pada dasarnya ikut mempengaruhi distribusi pangan dalam rumah tangga. Adanya dominasi dalam rumah tangga sehubungan dengan gender dan umur, sangat menentukan pembagian makanan dalam rumah tangga. Menurut beberapa peneliti, ketimpangan distribusi pangan di antara laki-laki dan perempuan di negara-negara sedang berkembang erat kaitannya dengan kebiasaan makan yang sudah menjadi tradisi. Meski para istri menjadi distributor pangan dalam rumah tangganya, namun kadang-kadang yang didahulukan makanannya adalah suami, anak laki-laki baru kemudian anak perempuan dan istri.
Upaya memperbaiki distribusi pangan dalam rumah tangga dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran gizi. Sasaran penyadaran gizi seharusnya tidak hanya ditujukan kepada kaum ibu, tetapi tak kalah pentingnya juga kaum ayah. Dengan demikian, mereka mengetahui betapa pentingnya konsumsi pangan yang cukup bagi seluruh anggota keluarga, terutama anak-anak Balita yang sedang dalam masa pertumbuhan. Jadi pada hakekatnya ketahanan pangan tidak bisa dilepaskan dari pengertian ketahanan gizi, karena dampak pangan yang kita konsumsi termanifestasikan dalam bentuk status gizi seluruh anggota rumah tangga.

Template by - Abdul Munir