Tuesday, June 16, 2009

KAITAN STATUS GIZI DENGAN PERILAKU DAN KECERDASAN ANAK

documen lengkap (klik bohkasim)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan melalui pelayanan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifactor, oleh karena pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai factor terkait (Supriasa, 2001).

Masalah gizi disebabkan oleh 2 faktor utama yaitu asupan gizi yang rendah dan penyakit infeksi. Asupan gizi dipengaruhi oleh ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga, selain itu asupan gizi juga bisa diSebabkan oleh pola asuh yang tidak tepat sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang rendah akibatnya anak akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Factor lain yang juga sangat berpengaruh adalah lingkungan dan pelayanan kesehatan (Rachmi Untoro, 2004).

Keadaan gizi Seseorang merupakan gambaran apa yang dikonsumsinya dalam jangka waktu yang lama. Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa penyakit defisiensi, misalnya penyakit beri-beri karena kekurangan vitamin B1 ataupun kebutaan karena kekurangan vitamin A. Konsumsi suatu zat gizi yang berlebihan juga dapat membahayakan kesehatan misalnya kosumsi energi dan protein yang berlebihan akan menimbulkan kegemukan sehingga tubuh lebih rentan terhadap penyakit berupa kelainan kardiovaskuler. Karena itu untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal mutlak diperlukan sejumlah zat gizi yang harus didapatkan dari makanan dalam jumlah yang sesuai dengan yang dianjurkan setiap harinya (Karyadi dan Muhilal, 1992).

Adanya pola konsumsi makan yang kurang baik akan mengakibatkan gangguan pada tubuh yang menyebabkan tubuh kurang gizi sehingga dapat menyebabkan timbulnya gangguan fungsional yaitu: menurunnya kecerdasan, menurunnya produktivitas kerja, naiknya
frekuensi terkena penyakit dan meningkatnya kesakitan dan kematian.

Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai akibat kurang gizi pada anak terhadap perilaku dan kecerdasan anak tersebut.

I.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari penuliSan makalah ini yaitu mengetahui akibat kurang gizi pada anak terhadap perilaku dan kecerdasan anak terSebut Sehingga dapat berguna untuk kita dalam menjaga dan meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak.

BAB II
PEMBAHASAN

Status Gizi
Status gizi (manutrition status) merupakan suau gambaran keadaan keseimbangan anatara intake dengan kebutuhan zat-zat gizi untuk proses tumbuh kembang. Ketidakseimbangan antara intake dengan kebutuhan zat-zat gizi akan mengakibatkan terganggunya proses metabolisme dalam tubuh yang Selanjutnya berdampak pada proses pertumbuhan fisik maupun non fisik. Gambaran nyata dari akibat ketidakseimbangan intake dengan kebutuhan akan zat-zat gizi akan terlihat pada pertumbuhan fisik yaitu dengan memperhatikan tinggi badan, berat badan, dan ukuran tubuh lainnya (Jalal dan Soekirman, 1990).

Gizi buruk adalah suatu istilah teknis yang umumnya dipakai, yang merupakan bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. gizi buruk yang umumnya dipengaruhi oleh faktor antara lain anak tidak cukup mendapat makanan bergizi seimbang dan anak tidak mendapat asuhan gizi yang memadai.

First Informal Consultasion on Grwoth Of Children (UNICEF, 1998), menyepakati bahwa pertumbuhan anak merupakan indikator kunci dalam kesehatan dan perkembangan anak sehingga dapat menggambarkan bagaimana Suatu masyarakat akan melaksanakan pembangunan. Jika pertumbuhan anak merupakan indikator penting, maka perhatian khusus lebih diarahkan pada bagaimana agar anak tetap berada pada garis pertumbuhan yang optimal sehingga SDM yang berkualitas dapat tercapai. SDM berkualitas sebagai salah satu modal dasar pembangunan karena dimensinya yang begitu kompleks dan salah satu yang paling mendasar adalah faktor gizi masyarakat yang tercermin oleh keadaan gizi individu. Selain itu, kualitas SDM dapat ditentukan oleh pembinaan kesehatan dan konsumsi pangan (Wahidah, 2004).

Pertumbuhan otak seorang anak sangat ditentukan pada masa awal ( baduta). Apabila anak pada usia ini tersebut mengalami kurang gizi, maka dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan otak yang selanjutnya mempengaruhi kulitas dan tingkat kecerdasannya (Wahidah, 2004).

Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam ukuran fiSik seseorang sedangkan perkembangan berkaitan dengan kematangan dan penambahan kemampuan skill fungsi organ atau individu. proseS tumbuh kembang seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang saling terkait yaitu faktor genetik/keturunan, lingkungan bio-fisIko-psiko-sosial dan perilaku. Proses ini bersifat individual dan unik sehingga memberikan hasil akhir yang berbeda dan ciri tersendiri pada setiap anak (www.tumbuhkembanganak.com).

Penilaian terhadap pertumbuhan seorang anak dapat dinilai melalui pertambahan berat dan tinggi badan. Perkembangan yang optimal sangat dipengaruhi oleh peranan lingkungan dan interaksi anak dan orang tua/orang dewasa lainnya. Interaksi sosIal diuSahakan Sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangan bahkan sejak dalam kandungan. Salah satu kebutuhan dasar seorang anak adalah ASUH yakni menyangkut asupan gizi anak selama dalam kandungan dan sesudahnya, kebutuhan akan tempat tinggal, perawatn kesehatan dini berupa imunisasi, intervensi dini akan timbulnya gejala penyakit (www.tumbuhkembanganak.com)

Anak dalam usia tumbuh kembang memerlukan makanan berkualitas dan asupan gizi memadai. Pakar gizi masyarakan Elvina Karyadi mengatakan makanan untuk anak Sebaiknya memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi. Karbohidrat, protein, vitamin, mineral dan lemak haruS diberikan dalam jumlah Seimbang. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, kebiasaan makan dan selera makan anak. Makanan akan menjadi sUmber tenaga dan zat pengatur yang berguna untuk pembentukan, pertumbuhan, dan pemeliharaan sel-sel tubuh. Pada anak-anak yang Sedang dalam masa pertumbuhan, protein memegang peranan penting untuk mencapai pertumbuhan optimal (Lia B, 2007).

Dalam mengkonsumsi pangan, anak sangat tergantung pada konsumsi pangan keluarga/kebiasaan konsumsi pangan keluarga. Kekurangan konsUmsi pangan di tingkat keluarga akan menurunkan aSupan gizi anak baduta dan ini ditandai dengan menurunnya kemampuan fisIk, terganggunya pertumbuhan, perkembangan, dan kemampuan berpikir Serta adanya angka kesakitan dan kematian yang tinggi. konsumSi makan seorang anak harus memenuhi semua zat gizi yang dibutuhkan yaitu zat gizi eSensial dalam jumlah yang cukup yang mengandung zat tenaga, pembangun, dna pengatur (Wahidah, 2004).

Kejadian gizi buruk akibat kekurangan gizi yang kronik dan tidak ditanggulangi Secara tepat, artinya, Seorang anak yang mengalami gizi kurang dalam waktu yang lama dan tidak mendapat pertolongan yang cepat dan tepat akan jatuh pada Status gizi buruk. Kekurangan gizi mengarah kepada kematian dan ketidakmampuan anak dalam skala luar serta memiliki implikasi yang lebih besar yang dapat menganggu perkembangan mental dan fisik (Aminuddin, 2006).

Pengaruh Makanan Terhadap Perkembangan Otak
Apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, yang berakibat terjadinya ketidak-mampuan otak berfungsi dengan normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil. Jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidak-matangan dan ketidak-sempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak (Anwar, 2008).

Kebutuhan gizi dibagi atas dua bagian, yaitu kebutuhan zat-zat gizi makro, seperti energi, protein, dan lemak, serta kebutuhan zat gizi mikro, yakni vitamin dan mineral. Zat gizi makro berfungsi pada proses metabolisme otak dan peningkatan efisiensi proses rangsangan otak, sehingga kekurangan gizi makro menyebabkan terganggunya asupan makanan ke otak dan terganggunya proses metabolisme otak (Yahdillah, 2009).

Kekurangan asupan protein-energi pada ibu hamil muda di bawah 24 minggu, akan menyebabkan jumlah sel-sel otak anaknya berkurang dan kekurangan asupan ini pada akhir kehamilan menyebabkan ukuran sel syaraf anaknya menjadi kecil.
Energi sangat dibutuhkan otak. Selain untuk membantu proses pertumbuhan dan perkembangan otak, energi diperlukan untuk metabolisme sel-sel syaraf. Demikian juga lemak yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan otak, di mana lebih dari 60 persen berat otak adalah lemak.

Sedangkan zat gizi mikro seperti iodium, asam folat, zat besi, seng, tembaga, vitamin, dan cholin, diperlukan dalam pertumbuhan otak.

Asam folat berfungsi untuk pembentukan tabung syaraf, zat besi untuk pembentukan mielin, monoamin, dan mendukung metabolisme energi di sel syaraf dan sel glia, seng diperlukan untuk pembentukan DNA, tembaga untuk metabolisme energi sel syaraf dan sel glia, dan cholin untuk membentuk neurotransmitter, metilasi DNA, dan pembentukan mielin, urainya.

Sedangkan Vitamin D berperan pada kemampuan daya ingat, kontrol motorik, dan keseimbangan emosi. Vitamin A untuk pembentukan struktur sel syaraf, vitamin E berfungsi dalam proteksi dari membran sel-sel syaraf, vitamin B6 dan B12 untuk pembentukan neurotransmitter, vitamin C berfungsi sebagai antioksidan, dan vitamin B1 memproduksi energi.

Ada 2 cara untuk menerangkan bagaimana kurang gizi berpangaruh terhadap perilaku dan kecerdasan anak yaitu :
1. Efek langsung dari keadaan kurang gizi terhadap fungsi sistem neuron dari susunan pusat Saraf. Suatu model penelitian yang paralel telah dilakukan pada bayi manusia. hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perilaku yang berbeda antara bayi yang anemia dan non-anemia dalam fungsi neurotransmitter. Zat besi diketahui berperan Sangat penting dalam metabolisme transmitter pada sistem susunan pusat saraf.
2. Efek tidak langsung, yaitu kurang gizi menyebabkan isolasi diri, yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian dan motivasi.
Hal itu dapat terlihat pada anak yang mengalami KEP (kurang energi dan protein), anak menjadi tidak aktif, apatis, pasif, dan tidak mampu berkonSentrasi. Akibatnya anak dalam melakukan kegiatan eksploraSi lingkungan fisIk disekitarnya hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizi baik yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama. Akibatnya perkembangan kognitifnya terhambat, ditekan oleh mekanisme penurunan aktivitas pada keadaa kurang gizi.

Hasil-hasil penelitian di Jamaica, Nepal, dan West Bengal mengungkapkan bahwa anak-anak yang kurang gizi Selalu mendekap dengan ibunya, dan lebih sedikit bermain dibandingkan dengn anak-anak yang gizinya baik. Para peneliti tersebut berkesimpulan bahwa dengan meningkatnya kontak badan antara ibu dan anak merefleksikan suatu perilaku keadaan kurang gizi yang menimbulkan rasa takut, curiga, dan tidak aktif.

Efek malnutrisi terhadap perkembangan mental dan otak tergantung dangan derajat beratnya, lamanya dan waktu pertumbuhan otak itu sendiri. Jika kondisi gizi buruk terjadi pada masa golden period perkembangan otak ( 0 - 3 tahun), dapat dibayangkan jika otak tidak dapat berkembang sebagaimana anak yang sehat, dan kondisi ini akan irreversible ( sulit untuk dapat pulih kembali).

Dampak terhadap pertumbuhan otak ini menjadi vital karena otak adalah salah satu ‘aset’ yang vital bagi anak untuk dapat menjadi manusia yang berkualitas dikemudian hari. Beberapa penelitian menjelaskan, dampak jangka pendek gizi buruk terhadap perkembangan anak adalah anak menjadi apatis, mengalami gangguan bicara dan gangguan perkembangan yang lain. Sedangkan dampak jangka panjang adalah penurunan skor tes IQ, penurunan perkembangn kognitif, penurunan integrasi sensori, gangguan pemusatan perhatian, gangguan penurunan rasa percaya diri dan tentu saja merosotnya prestasi akademik di sekolah. Kurang Gizi berpotensi menjadi penyebab kemiskinan melalui rendahnya kualitas sumber daya manusia dan produktivitas. Tidak heran jika gizi buruk yang tidak dikelola dengan baik, pada fase akutnya akan mengancam jiwa dan pada jangka panjang akan menjadi ancaman hilangnya sebuah generasi penerus bangsa.

BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas mengenai Status gizi dengan perilaku dan kecerdasan anak yang mengalami malnutrisi dapat disimpulkan beberapa hal yaitu :
1. Kebutuhan zat-zat gizi makro dan mikro sangat penting untuk proses metabolisme dan pertumbuhan otak bagi anak dalam masa pertumbuhan.
2. Efek psikologi anak yang Gizi buruk yaitu penurunan rasa percaya diri dan isolasi diri, yaitu mempertahankan untuk tidak mengeluarkan energi yang banyak dengan mengurangi kegiatan interaksi sosial, aktivitas, perilaku eksploratori, perhatian dan motivasi
3. Terdapat perbedaan perilaku anak yang gizi kurang dengan anak yang gizinya baik.

III.2 Saran
Adapun saran penulis berkaitan dengan isi makalah ini yaitu: agar kiranya perhatian orang tua memenuhi kebutuhan dasar anaknya agar memiliki status gizi yang baik dan tumbuh kembangnya berkualitas.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar Mahdin Husaini, 2008. Peranan Gizi dan Pola Asuh dalam Meningkatkan Kualitas Tumbuh Kembang Anak. www.klikbo.co.cc

Aminuddin dkk, 2006. Gambaran Status Gizi Balita di Kel. Maccini Baji Kec. Lau Kab. Maros. The Indonesian Journal Of Public Health. Makassar

Dr. Lia B, 2007. Makanan Berkualitas Untuk Tumbuh Kembang Anak. Jakarta

Jalal, Fasli dan Soekirman, 1990. Pemanfataan Antropometri sebagai Indikator Sosial Budaya, Gizi Indonesia. Vol. VX No.2

Karyadi, Darwin dan Muhilal, 1996, Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Siti Wahidah, 2004. Ketahanan Pangan Rumah Tangga, Pola Pengasuhan, Konsumsi Zat Gizi dan Pertumbuhan anak Baduta Keluarga Nelayan di Kel. Labuhan Kec. Medan Marelan Kota Medan.

Supriasa dkk., 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utamam. Jakarta.

Yahdillah, 2009. IQ Turun Karena Gizi Buruk. http://www.ilmupsikologi.com/?p=460


www.tumbuhkembanganak.com

Template by - Abdul Munir